Gereja Katolik menyimpan kekayaan triliunan dari warisan sejarah dan aset global yang sulit dilacak. Sistem tertutup dan terdesentralisasi membuatnya tetap jadi misteri finansial terbesar dunia
Hidayatullah.com | GEREJA KATOLIK, dengan 1,4 miliar umat di seluruh dunia, merupakan salah satu institusi agama tertua dan paling berpengaruh, tetapi juga paling tertutup soal keuangan. Kekayaan pastinya sulit ditentukan karena sistemnya yang sangat terdesentralisasi. Namun, laporan-laporan dari Takhta Suci di Vatikan dan analisis para ahli memberikan gambaran sebagian dari total kekayaan yang luar biasa.
Takhta Suci dan Transparansi Baru
Sejak masa Paus Fransiskus, Vatikan mulai membuka diri terhadap transparansi keuangan. Pada 2021, Administrasi Warisan Takhta Suci (APSA) untuk pertama kalinya merilis laporan keuangan. Pada 2023, tercatat laba lebih dari US$52 juta dan pendapatan dari pengelolaan 5.000 properti mencapai US$84 juta, dengan laba bersih hampir US$40 juta.
Namun, nilai kekayaan bersih Takhta Suci diperkirakan mencapai hampir US$1 miliar, belum termasuk nilai dari bangunan ikonik seperti Basilika Santo Petrus dan tanah-tanah di berbagai negara.
Sumber-Sumber Kekayaan Utama
Menurut laporan BBC, kekayaan Gereja Katolik berasal sumber. Pertama, Donasi Sejarah sejak era Kaisar Konstantinus (abad ke-4 M), yang menghibahkan properti dan emas, Kedua, Perjanjian Lateran 1929 saat Benito Mussolini menyetor 1,75 miliar lira sebagai kompensasi atas tanah yang disita selama penyatuan Italia. Sebagian dana digunakan membangun gedung-gedung Vatikan, sisanya diinvestasikan.
Ketiga, Properti dan Investasi keuangan: Aset tanah dan portofolio investasi senilai 1,77 miliar euro menghasilkan dana bagi Kuria Roma. Keempat, pendapatan dari pariwisata: termasuk Museum Vatikan, Kapel Sistina, dan berbagai bangunan keagamaan.
Kelima, penjualan barang Vatikan: perangko, koin peringatan, dan suvenir lainnya. Keenam, Bank Vatikan (IOR) yang berperan seperti lembaga keuangan, juga menyumbang terhadap keuangan institusi.
Tujuh, Sedekah Santo Petrus, yaitu donasi global untuk operasi sosial dan administratif Gereja.
Aset-Aset dan Lembaga di Dunia
Di luar Vatikan, keuskupan-keuskupan di berbagai negara memiliki kekayaan besar, Di Jerman Keuskupan Agung Cologne, salah satu yang terkaya, menerima sekitar US$7,4 miliar dari pajak gereja pada 2023. Beberapa keuskupan memiliki bank, asuransi, hotel, dan media.
DiAmerika Serikat, memiliki universitas-universitas kaya seperti Georgetown (US$1,92 miliar) dan Notre Dame (US$1,76 miliar), rumah sakit, serta sekolah. Dana operasional terutama berasal dari donasi umat.
Di Brasil rumah bagi populasi Katolik terbesar, dengan Katedral Bunda Maria Aparecida memperoleh US$240 juta per tahun dari 10 juta peziarah.
Penilaian yang Nyaris Mustahil
Menurut Fernando Altemeyer Junior dari Universitas Kepausan Katolik São Paulo, “secara praktis mustahil” menilai kekayaan total Gereja Katolik karena sifatnya yang sangat tersebar dan terdesentralisasi.
Aset-aset seperti gereja, sekolah, rumah sakit, dan biara tersebar di seluruh dunia, dan sering kali tidak dicatat secara konsolidatif.
Lembaga riset IHEFR memperkirakan nilai total aset Vatikan bisa mencapai US$4 miliar, dua kali lipat dari angka resmi. Kekayaan Gereja Katolik adalah warisan sejarah panjang, investasi cermat, dan pengelolaan aset global. Namun, sistem keuangan yang tertutup, serta otonomi tiap keuskupan, membuat penilaian kekayaan menyeluruh tetap sulit, dan menjadi salah satu “misteri iman” dalam arti harfiah dan metaforis.*