Hidayatullah.com– Pihak kejaksaan Brazil menggugat raksasa perusahaan otomotif asal China BYD dan dua kontraktornya, mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas terjadinya perdagangan manusia dan kondisi layaknya perbudakan di sebuah lokasi pembangunan pabrik mobil listrik di negara Amerika Selatan itu.
Kantor Kejaksaan Ketenagakerjaan (MPT) di negara bagian Bahia mengatakan bahwa sebanyak 220 pekerja China diselamatkan setelah pihaknya melakukan penyelidikan berdasarkan pengaduan dari orang yang tidak disebutkan identitasnya.
MPT menuntut ganti rugi sebesar 257 juta reais ($45,5 juta) dari ketiga perusahaan tersebut, lansir BBC Senin (28/5/2025).
BYD tidak menanggapi permintaan komentar yang diajukan BBC, tetapi sebelumnya perusahaan itu pernah mengatakan pihaknya tidak akan membiarkan pelanggaran HAM dan UU perburuhan.
Tahun lalu, pihak berwenang Brazil menghentikan pekerjaan konstruksi di lokasi tersebut karena para pekerjanya ditempatkan dalam akomodasi yang penuh sesak, dalam kondisi yang minim kebersihan dan kenyamanan, kata MPT.
Sebagian pekerja tidur di dipan tanpa kasur dan satu toilet dipakai oleh 31 orang, menurut MPT dalam sebuah pernyataan.
Tidak hanya itu, paspor para pekerja juga ditahan oleh pihak perusahaan dan kontrak kerja mereka mengandung klausul ilegal, jam kerja yang panjang dan melelahkan tanpa ada libur mingguan.
Kejaksaan mengatakan bahwa para pekerja 70% gajinya ditahan dan mereka terancam denda tinggi apabila menghentikan kontrak kerjanya.
“Kondisi kerja layaknya perbudakan”, sebagaimana yang didefinisikan dalam UU ketenagakerjaan Brazil, termasuk lilitan utang dan pekerjaan yang merendahkan martabat manusia.
Pabrik mobil listrik BYD itu sedang dibangun di kota Camacari di bagian timur laut Brazil. Awalnya pabrik direncanakan akan mulai beroperasi pada Maret 2025 dan merupakan pabrik mobil listrik BYD pertama yang berada di luar Asia.
BYD, singkatan dari Build Your Dreams, merupakan salah satu perusahaan terbesar kendaraan listrik dunia. Pada bulan April, perusahaan itu menjual lebih banyak mobil listrik dibandingkan Tesla milik Elon Musk di kawasan Eropa untuk pertama kalinya, menurut firma riset industri mobil Jato Dynamics.
BYD berusaha melebarkan sayapnya di Brazil, yang merupakan pasar terbesarnya di luar China.
BYD membuka pabrik pertamanya di Sao Paulo pada 2015, yang membuat sasis untuk bus-bus listrik.*