Hidayatullah.com– Kelompok-kelompok mafia Italia belakangan ini menanggalkan persaingan keras di antara mereka dan memilih untuk menjalin kerja sama dalam perdagangan dan penyelundupan narkoba, jaringan prostitusi serta pencucian uang, kata badan anti-mafia Italia (DIA) dalam laporan tahunannya tentang kelompok kejahatan terorganisir yang dirilis hari Selasa (27/5/2025).
Kelompok mafia asal Sisilia, Cosa Nostra dan Camorra yang berbasis di sekitar Naples membentuk aliansi di dalam dan luar negeri. Sementara ‘Ndrangheta, yang berbasis di Calabria di bagian selatan Italia, semakin fokus menggarap proyek-proyek pekerjaan umum, kata laporan tersebut seperti dilansir Reuters.
“Koeksistensi memunculkan sinergi yang secara progresif menjadi terstruktur,” kata Direktur DIA Michele Carbone dalam konferensi pers. Struktur-struktur itu menjadikan mereka “mampu menyerap tumpang tindih, ketegangan, dan gesekan,” imbuhnya.
Proyek-proyek pemerintah Italia berkaitan dengan post-COVID Recovery Fund yang didukung Uni Eropa, rencana pembangunan sebuah jembatan raksasa yang menghubungkan Pulau Sisilia dengan daratan Italia, serta persiapan-persiapan untuk Olimpiade Musim Dingin 2026, semuanya terancam bahaya infiltrasi mafia, kata laporan DIA tersebut.
Sektor konstruksi mencakup 38% dari kebijakan-kebijakan administratif anti-mafia pada tahun 2024, dengan penyelidikan terhadap 200 lokasi pembangunan proyek-proyek publik. Carbone mengatakan DIA siap untuk memblokir keterlibatan mafia mana pun dalam proyek pembangunan jembatan Sisilia.
“Dalam waktu dekat semua kegiatan pencegahan anti-mafia berkaitan dengan pembangunan jembatan di atas Selat Messina akan dimulai,” kata Carbone.
Di dalam laporannya, DIA juga menyoroti peningkatan kapabilitas teknologi kelompok mafia, seperti penggunaan saluran komunikasi terenkripsi dan melakukan kontak dengan anggota dan pimpinan mafia yang dipenjara dengan menggunakan drone.
Menurut DIA, jaringan “bank bawah tanah” China semakin sering dipergunakan untuk pencucian uang.
Pada saat yang sama, media sosial banyak dimanfaatkan untuk mempengaruhi para pemuda dari kalangan termarjinalkan untuk melakukan tindak kejahatan dan membentuk apa yang mereka sebut sebagai “baby gangs”.*