Sambungan dari kisah pertama
DI warung itu, duduk dua orang pria yang asyik bermain handphone. Salah satunya seorang polisi berpakaian preman. Pak Polisi menjaga rumah Hindun ya? Yang ditanya tidak berkomentar.
Polisi itu kemudian mengaku singgah di warung untuk istirahat. “Sambil ngopi-ngopi,” ujarnya. Meski begitu, ia bilang sudah berada di sekitar rumah Hindun sejak pagi. “Ini saya sudah berpapasan dengan 4 (wartawan),” ungkap polisi yang enggan menyebutkan identitasnya.
Sesaat usai Neneng, putri almarhumah Hindun binti Raisman, masuk rumahnya, awak hidayatullah.com beranjak ke kediaman Hindun. Rumah di Jl Karet Karya III, Karet, Setia Budi, Jakarta Selatan ini berdempetan dengan warung tadi.
Baca: Pilkada Kurang Beberapa Hari, Beredar Selebaran ”Pro Ahok”
Rumah berukuran sekitar 4×7 meter persegi itu pintunya sedang terbuka. Tampak di dalamnya anak Hindun lainnya, Arnisah (57). Wanita lanjut usia berjilbab ini mempersilakan masuk tamunya.
Ia pun mengizinkan awak media ini mengambil gambar foto Hindun yang sempat mem-viral itu. Namun, saat diminta wawancara terkait jenazah ibunya, Arnisah menolak.
“Saya enggak tahu. Saya enggak tinggal di sini, (tapi) di Lenteng (Agung),” akunya. Setelah awak media ini keluar dari rumahnya, pintu dan gorden jendela ditutup.
Di warung tadi, kali ini yang jaga anak Hindun lainnya, Sudarsih (60). Dua pria tadi sudah tak ada, begitu pula Neneng yang kata keponakannya pergi ke salon. Kepada hidayatullah.com, Sudarsih juga menyampaikan penolakannya untuk diwawancarai.
“Saya takut salah ngomong, Pak,” elak wanita tak berjilbab ini. Di dinding warungnya, terpajang dua buah atribut bertuliskan “Relawan #TetapAhok 2017”. Masih mulus. Neneng tim suksesnya ya? Tanya media ini. Sudarsih mengaku tidak berani menjawabnya.
Lantas mengapa keluarga Hindun dan tetangga dekatnya ‘tutup mulut’ kepada wartawan? Berdasarkan pengamatan, sebagian warga yang ditemui tampak takut-takut berbicara dengan juru warta.
Rabu sore itu, hidayatullah.com duduk-duduk di pinggir gang sekitar 20 meter dari rumah Hindun. Tiba-tiba lewat salah seorang warga setempat.
Mengetahui kami wartawan, tanpa ditanya ibu itu bilang, hubungan keluarga Hindun dengan sebagian warga sekitar sedang kurang harmonis. Disebabkan pemberitaan media soal jenazah Hindun.
“Bukan lagi renggang (tapi lebih dari itu),” ujarnya, yang juga menyampaikan ketidaksukaannya atas sikap Neneng.
Saat akan diwawancarai, ibu itu mengelak. Ia baru mau berbicara agak banyak setelah media ini berjanji merahasiakan identitasnya dan tidak memfotonya.
Baca: Keluarga Hindun Bungkam pada Wartawan Usai Didatangi Ahok
Tetangga Hindun itu pun mengeluhkan, keterangan-keterangan Neneng kepada wartawan selama ini banyak menyudutkan warga khususnya yang tidak pro Ahok. Padahal, ungkapnya, masyarakat memperlakukan baik jenazah Hindun dan keluarganya.
Sebelumnya, Neneng diketahui berbicara kepada banyak media bahwa jenazah ibunya ditolak untuk dishalatkan di Mushalla Al-Mu’minun. Terkesan, masyarakat menelantarkan sang mayit.
Padahal, ungkap tetangga Hindun itu, warga sekitar mengurusi jenazah Hindun. “Semua (mayoritas. Red) warga di sini tuh pendukung Anies-Sandi,” ungkapnya sambil berjalan pulang. Bahkan penshalatan jenazah Hindun diimami langsung oleh Imam Mushalla Al-Mu’minun, Ustadz Syafi’i di rumah duka. Meskipun menurutnya Neneng itu timsesnya Ahok-Djarot.
Ini yang dia sesalkan. Kebaikan warga ia rasa disikapi tidak pantas oleh keluarga Hindun. Ibarat hewan, kata dia, “Sudah kita kasih makan, eh, malah menggigit,” ketus ibu tersebut lantas masuk rumahnya.* SKR, Andi/Bersambung