Hidayatullah.com–Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan dan Menteri Ekonomi dan Perdagangan Qatar Sheikh Ahmed bin Jassim bin Mohammed Al Thani menandatangani kesepakatan komersial dan kerjasama ekonomi pada Selasa, dikutip Anadolu Agency.
Berbicara dalam upacara penandatanganan di Kementerian Perdagangan Turki di Ibu Kota Ankara, Pekcan berkata, “Kedua negara menandatangani kesepakatan khusus untuk memperkuat persahabatan dan hubungan ekonomi kedua negara.”
Perjanjian ini — yang melingkupi beberapa hal seperti jasa telekomunikasi dan keuangan — yang bertujuan untuk menambah hubungan perekonomian dan mengurangi biaya, terutama pada produk minyak dan gas alam.
Kesepakatan ini juga bertujuan untuk memperkecil defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Turki dan menarik mata uang Qatar.
Sebelum ini, Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Bin Al Thani berjanji menanamkan investasi senilai US$15 miliar setara Rp219 triliun di Turki dalam pertemuan kedua pemimpin di Ankara pada Rabu (15/08/2018).
Dukungan Qatar menyebabkan nilai tukar lira sontak memperpanjang kenaikannya hingga 6%.
Baca: Bela Turki Hadapi Amerika, Qatar Investasi 219 Trilyun
Sheikh Tamim adalah pemimpin negara pertama yang menelepon dan memberi dukungan Presiden Erdogan selama kudeta yang gagal di Turki pada tahun 2016.
Sementara Ankara telah secara mencolok mendukung Doha ketika Qatar diisolasi empat Negara Teluk pimpinan Saudi.
Turki telah diguncang dalam beberapa hari terakhir oleh penurunan tajam nilai Lira atas dolar, setelah Presiden AS Donald Trump menulis di twitter 10 Agustus 2018, bahwa Washington mengancam akan menggandakan tarif aluminium dan baja untuk Ankara.
Sebagaimana diketahui, penahanan Pastor Andrew Brunson membuat hubungan Turki dan AS memanas, lebih-lebih setelah Washington menjatuhkan sanksi ke Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dan Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul karena tidak bersedia membebaskan Brunson.
Penggandakan tarif aluminium dan baja Turki serta memicu anjloknya nilai tukar lira terhadap dolar diduga ulah Amerika sejak Jumat pekan lalu, yang disebut Erdogan sebagai ‘tikaman dari belakang’.
Membalas aksi negeri Paman Sam ini, Presiden Recep Tayyip Erdogan memboikot produk elektronik dari Amerika Serikat.*