Hidayatullah.com– Resesi ekonomi alias kemerosotan ekonomi dunia dan Indonesia dinilai oleh Ketua Bidang EKUINTEKLH DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Memed Sosiawan bersifat pasti.
“Resesi itu membayangi ekonomi global, jadi memang pasti. Jadi di Indonesia itu pasti. Pengaruhnya biasanya 3 sampai 4 bulan. Yaitu karena trade war (perang dagang) yang sebenarnya lanjutan daripada currency war (perang mata uang) yang diawali dengan oil war,” ulasnya.
Hal itu disampaikan Memed saat memaparkan materi “Tadabbur dan Prediksi Ekonomi Keuangan dan Industri Pasca Terbentuknya Kabinet Indonesia Maju” di Forum Majelis Reboan DPP Hidayatullah di Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta Timur, Rabu (13/11/2019).
Indonesia kian serius menghadapi masalah ekonomi saat melihat transformasi struktur ekonomi Indonesia yang bisa dikatakan cenderung melemah.
“Sejak Indonesia merdeka sampai tahun 1985, sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang tertinggi terhadap PDB dibandingkan dengan sektor lainnya. Dan, pemberi kontribusi yang kedua adalah sektor pertambangan. Namun sejak 1995 kontribusi yang tinggi dari sektor pertanian dan sektor pertambangan mulai digantikan oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel dan restoran.
Meskipun sampai 2010 kontribusi sektor industri dan pengolahan terus meningkat sejak tahun 1985. Namun setelah terlihat bahwa kontribusi sektor industri dan pengolahan cenderung menurun terus dan penurunan kontribusinya diisi oleh kontribusi sektor keuangan dan sektor jasa,” urainya.
Kebijakan pemerintah yang cenderung menomorsatukan infrastruktur juga perlahan namun pasti akan mengubah mata pencaharian rakyat.
“Jadi kita antisipasi dengan adanya jalan tol maka ini akan banyak jadi migrasi. Para petani pindah jadi buruh, buruh kemudian menjadi pekerja lepas, dan kemudian pindah ke kota. Jadi Indonesia lemah,” tegasnya.
Kondisi ini dinilai kian memburuk jika memperhatikan sektor tambang.
“Kenapa tambang ini, tambang kan kita kelola barang mentah dikeruk dijual lama-lama habis. Kalau habis bagaimana kira-kira, itu pertanyaan kita terhadap masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Memed pun menilai, China juga tertarik ke Indonesia karena sektor tambang.
“Ya, untuk ngeruk tambang ini. Karena tidak ada investor yang mau masuk ke sektor pertanian,” urainya.*/Imam Nawawi