Hidayatullah.com—Komunitas Yahudi di kota Antwerp, salah satu kawasan di Belgia yang berisiko tinggi terorisme, memperingatkan agar pemerintah tidak mengurangi patroli dan meminta agar petugas di jalan dipersenjatai.
“Patroli bersenjata tidak dapat mencegah serangan teroris,” kata Hans Knoop, jubir FJO (Forum of Jewish Organisations), “tetapi itu semacam penangkis. Apabila teroris mengetahui di sana tidak ada lagi patroli, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan apa yang mereka mau dan begitulah mereka menginterpretasikannya. Menurut saya yang penting adalah efek psikologis.”
Pada Mei 2014, kelompok teroris yang terinspirasi ISIS alias Daesh membunuh empat orang di sebuah museum Yahudi di ibu kota Belgia, Brussels.
Namun, setelah serangan kelompok serupa atas kantor pusat tabloid satir Charlie Hebdo di Paris bulan Januari 2015 dan sebuah serangan teroris yang gagal di Belgia, barulah pasukan keamanan dikerahkan di jalan-jalan.
Ketika ancaman teroris mencapai puncaknya menyusul serangan di Brussels tahun 2016, sebanyak 3.000 tentara bersenjata berjaga-jaga di jalanan.
Sekarang hanya sekitar 200 personel yang tersisa. Patroli keamanan itu selama lima tahun merogoh kocek pemerintah lebih dari 200 juta.
Kementerian Pertahanan mengusulkan patroli keamanan oleh tentara itu dihapus secara bertahap sampai September dan tentara hanya dikerahkan untuk mengawal situs-situs nuklir.
Pengerahan pasukan itu menimbulkan perpecahan besar di antara politisi dan militer di Belgia.
“Jajaran pimpinan angkatan bersenjata Belgia merasa tidak senang karena menurut mereka itu adalah, terutama sekali bukan tugas mereka, itu adalah tugas kepolisian. Dan kedua, patroli itu menguras tenaga untuk berlatih yang mana mereka dipersiapkan untuk tugas sesungguhnya, karena pada saat yang sama mereka juga harus diturunkan melaksanakan tugas di berbagai tempat,” papar Thomas Renard, seorang pakar terorisme dari Egmont Institute, seperti dikutip Euronews Sabtu (29/5/2020).
Otoritas Belgia mungkin merasa ancaman teroris sudah berkurang banyak sehingga mengakhiri patroli pasukan bersenjata.
Namun, organisasi-organisasi yang bekerja di kawasan Yahudi di Antwerp mengatakan mereka akan tetap waspada terhadap serangan teroris.*