Hidayatullah.com–Ulama Suriah Syeikh Wahbah az-Zuhaili mengajak umat untuk menyatukan barisan. Dalam bahasa doa, ia memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk kepada seluruh pemimpin Islam, untuk mengembalikan kedamaian, dengan syarat kembali kepada al-Qur’an al-Karim dan Sunnah Rasulullah.
Selain mengajak bersatu, Ia juga mengharap semua negara kaum Muslimin menjadi negara damai, dibebaskan dari kekerasan dan ekstrimisme. Secara khusus, ia juga memohon agar pihak-pihak yang berusaha merusak Indonesia dan negara-negara Muslim lain, segera diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Demikian disampaikan Syeikh Wahbah pada acara pembukaan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) pada Sabtu, 29 Maret 2014 dalam rangka 1 Abad Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo bertema “Mengokohkan Eksistensi Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Islam Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.”
Jalan Lurus
Sementara itu, Mufti Republik Arab Iraq, Syeikh Mahdi bin Ahmad As-Shumaidi, mengawali pemaparannya dengan menerangkan makna Subul, kata plural dari Sabil. Dalam suatu riwayat Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menggambar garis lurus.
Beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam menegaskan, garis lurus ini adalah jalan Allah. Sementara garis di kanan dan kiri itu adalah jalan-jalan yang banyak. Allah juga menerangkan makna Sabil. Allah memerintahkan hambanya untuk mengikuti jalan-Nya yang lurus dan melarang mengikuti jalan-jalan lainnya.
Menurut Hasan al-Bashri, Sabil bermakna Sunnah. Setiap muslim, ujarnya, “Harus berjalan di atas Sabil Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.”
Maka, tegas Syeikh Mahdi, yang ingin selamat dari khawarij dan yang lainnya, harus berjalan di atas jalan yang lurus. Dalam hadits Rasulullah, siapa yang berpegang pada al-Quran dan as-Sunnah, tidak akan tersesat.
Oleh karena itu, Syeikh Mahdi menasihatkan, agar seseorang tidak menyimpang dari jalan yang lurus, harus melakukan dua hal:
Pertama, harus mempelajari ilmu syariat. Ini wajib bagi laki-laki Muslim dan perempuan. Terutama ilmu Tauhid. Semua kaum Muslimin harus bertauhid. Tauhid tidak boleh dihapus dari siapapun, baik tua maupun muda. Kedua, mengetahui hak sesama manusia.
Ahlus Sunnah wal-Jamaah merupakan pemahaman Islam moderat di antara Khawarij dan Murjiah. Ahlus Sunnah wal-Jamaah meyakini, agama Islam ini terdiri dari ushul (pokok) dan far’ (cabang).
Sementara kebanyakan Khawarij, yakin bahwa setiap far’ punya pokok. Ini adalah kaidah yang tidak benar. Berdasarkan kaidah ini, kaum Khawarij itu membunuh ahlal Islam (kaum Muslimin) dan membiarkan ahlal autsan (kaum paganis).
Syeikh Mahdi menegaskan, bahwa yang seharusnya diperangi adalah mereka yang kafir kufran bawwahan, bukan lainnya. Pendapat ini berdasarkan bahwa tauhid dibagi menjadi dua unsur, yaitu (1) melaksanakan apa yang menjadi hak Allah dan (2) menghormati darah kaum Muslimin.
Khawarij melaksanakan hak Allah, namun tidak menghormati hak makhluk. Sementara Alus Sunnah wal-Jamaah melaksanakan hak Allah dan menghormati hak makhluk.*