Hidayatullah.com | MASJID yang berdiri di kawasan perumahan elit itu tidak begitu besar, namun bisa dibilang setiap harinya tak pernah sepi dari jamaah dan kegiatan keagamaan. Selain TPQ, masjid ini juga kerap menjadi pilihan bagi kalangan anak-anak muda untuk menggelar kajian keislaman dan tempat tranformasi ilmu agama bagi mereka yang kerap disebut sebagai pemuda hijrah.
Masjid Al-Madani berdiri sekitar tahun 2014, karena adanya penambahan lokasi ini sekitar 5 tahun yang lalu. Secara kepengelolaan dan kepemilikan, masjid ini masih dipegang oleh PT Pakuwon. Namun Pakuwon memberikan keleluasaan kepada warga yang Muslim untuk menghidupkan masjid. Maka terbentuklah yang namanya Komunitas Muslim Pakuwon City atau KMPC.
Meskipun kecil, masjid itu kerap mendatangkan ustadz-ustadz terkenal, misalnya Ustadz Salim A Fillah yang malah dijadwal sebulan sekali, Ustadz Zaitun Rasmin, Ustadz Tengku Zulkarnain hingga Ustadz Hanan Attaki, dan masih banyak lainnya.
“Pengurus takmir di sini ikut bergabung di Sahabat Masjid Indonesia. Kemudian bekerja sama dengan panitia-panitia yang biasanya mengundang penceramah-penceramah terkenal, sehingga kami bisa mengundang mereka karena kuatnya jaringan dan persaudaraan. Dan juga terkait pendanaan yang mencukupi hingga menjadika setiap kegiatan alhamdulillah berjalan lancar,” imbuhnya.
Selain mendatangkan pembicara atau penceramah dari berbagai kalangan dan ormas seperti Muhammadiyah, NU, dan lain-lain, yang sesuai dengan kafaqihan dan spesialisasi dari masing-masing penceramah tersebut.
“Karena memang kita tidak melihat dari ormasnya, tetapi melihat dari kebutuhan jamaah akan pengetauan sehingga bisa terwadahi semuanya,” tambahnya.
Ramai Kegiatan
Ia merinci kegiatan-kegiatan di masjid tersebut. Mulai dari bersifat harian hingga perbulan. Kegiatan yang menyasar anak-anak hingga pemuda di antaranya pembinaan anak-anak TPQ, yang sekarang mempunyai anak binaan sekitar 45 anak.
Kemudian ada pembinaan khusus pemuda hijrah yang bekerja sama dengan komunitas hijrah MKM (Main ke Masjid) dilaksanakan setiap Jum’at sore dengan pemateri yang berbeda-beda. Ada kegiatan khusus remaja putri yang bekerja sama dengan Hijaber Wardah, dan ada juga kegiatan lainnya seperti memanah dan futsal.
“Jadi sebenarnya strategi untuk pemuda itu adalah mendekatkan mereka dengan masjid. Dengan memberikan wadah karena tidak semua masjid memberikan wadah, maka di sini salah satu wadah di samping meramaikan di situ juga menjadikan wadah bagi anak-anak ataupun pemuda yang ingin mendapatkan kegiatan-kegiatan yang bersifat islami,” terang Syamsul.
Adapun kegiatan yang menyasar masyarakat umum ialah setiap Sabtu dan Ahad diadakan kajian yang di isi ustadz dari Surabaya maupun yang dari luar daerah. Dari kajian fiqih hingga wawasan kristologi.
“Dan jamaahnya pun beragam yang ikut hadir dan banyak dari luar perumahan juga karena memang di sini kekuatannya menggunakan medsos, jadi jamaah yang tidak hadir hari itu dia bisa melihat dan menonton dengan cara live streaming. Karena booming-nya flayer atau broadcast itu jadi masyarakat luar sudah mengetahui, yang menjadi followers juga jumlahnya sangat banyak sampai dua ribuan mulai dari Banjarmasin, Batam hingga Lampung, kut menyaksikan setiap acara yang ada di sini. Sebenarnya tujuannya sama, yaitu ingin berdakwah dengan cara melalui media, dan apa yang bisa diberikan untuk Islam,” jelasnya.
Jamaah di masjid ini dari semua kalangan, mulai dari segi ekonomi dan sosial. Jika dilihat dari usianya maka yang pertama dari kalangan anak muda mencapai angka 60% dan yang kedua kalangan orang tua yang 40 tahun keatas dan lebih dari itu juga mencapai 30%. Mulai dari yang berdomisili disekitar masjid maupun dari luar perumahan. Dan selebihnya dari kalangan anak-anak 10%.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa yang menguasai dsini adalah anak muda bahkan pengurusnya itu memang anak muda dan selalu memancing anak muda untuk datang kesini,” jelasnya.
Masjid yang selalu ramai akan kegiatan keagamaan ini, juga selalu menjaga aar tak terjadi ikhtilaf di antara jamaah maupun pandangan orang-orang terhadap masjid ini.
“Kalau masalah ikhtilaf tidak ada, di sini kita sangat menghindari. Saya sendiri, di grup pemudanya ini selalu menahan bahwa ikhtilaf itu sendiri tidak memberikan dampak positif bagi persaudaraan kita justru saling mencurigai dan membuat kita semakin renggang dalam hal ukhuwah,” tutupnya.*/Ismail, mahasiswa STAIL Surabaya, dikutip Suara Hidayatullah