Hidayatullah.com — Pemerintah Bangladesh dan PBB telah sepakat untuk bekerja sama membantu para pengungsi Rohingya yang berada di pulau di Teluk Benggala. Para pengungsi tinggal di pulau itu sejak di pindahkan dari beberapa kamp pengungsi di dekat perbatasan Myanmar.
Lebih dari 19.000 pengungsi Rohingya di pindahkan ke pulau Bhasan Char oleh pemerintah Bangladesh. Jumlah itu masih jauh dari rencana mereka untuk memindahkan 100.000 pengungsi Rohingya ke pulau tersebut.
Saat ini ratusan ribu pengungsi Rohingya tersebar di beberapa kamp pengungsi yang padat di distrik Cox’s Bazar.
Kelompok HAM mengkritik pulau tujuan relokasi Rohingya tidak layak untuk di tinggali, dan secara teratur terendam oleh hujan monsun. Sementara pemerintah Perdana Menteri Sheikh Hasina berdalih pihaknya telah menggelontorkan lebih dari $112 juta untuk pembangunan infrastruktur, tembok laut, rumah sakit, sekolah dan masjid, dan menegaskan bahwa pulau itu bukan lagi daerah rentan.
Setelah kesepakatan antara PBB dan Bangladesh, pihak berwenang akan mulai memindahkan 81.000 pengungsi yang tersisa dalam tiga bulan ke depan.
PBB dan Bangladesh akan bersama-sama memberi layanan dan kegiatan yang menguntungkan penduduk pulau itu (para pengungsi).
“Termasuk perlindungan, pendidikan, pelatihan keterampilan, mata pencaharian dan kesehatan, yang akan mendukung kehidupan yang layak di pulau itu dan untuk mempersiapkan mereka kembali ke Myanmar secara bertahap di masa depan,” ujar pernyataan kesepakatan tersebut.
Perwakilan badan pengungsi UNHCR menyebut bahwa pihaknya sudah melihat pulau itu dan yakin Bangladesh telah menambahkan “infrastruktur yang signifikan”.
Pengungsi juga akan berkesempatan mencari nafkah melalui pekerjaan sampingan yang akan dapat di akses setelah organisasi bantuan di dirikan di pulau itu.
Pengakuan Pengungsi Rohingya
Seorang pengungsi wanita yang pindah ke pulau itu bersama keluarganya awal tahun ini mengatakan banyak pengungsi yang melarikan diri dengan perahu. Mereka kembali ke kamp karena menurut mereka kehidupan di pulau sulit.
“Jika orang tinggal di sana selama beberapa tahun, mereka semua mungkin mulai mengalami masalah mental,” katanya. Menurutnya fasilitas medis dan bantuan lainnya di pulau tidak di bangun dengan baik. Dia tidak mau di sebutkan namanya, takut akan pembalasan.
Bangladesh menampung 1,1 juta Rohingya dari Myanmar. Termasuk lebih dari 700.000 yang melarikan diri dari tindakan keras militer terhadap kelompok etnis Muslim pada Agustus 2017.
Hasina mengatakan pemerintahannya tidak akan memaksa mereka untuk kembali. Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar, membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan dan menghadapi bentuk-bentuk diskriminasi yang didukung negara.
Investigasi yang di sponsori PBB pada 2018 merekomendasikan penuntutan komandan militer Myanmar atas tuduhan genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan atas kekerasan terhadap Rohingya.*