Hidayatullah.com — Arab Saudi mengatakan keputusan membuka wilayah udara untuk zionis ‘Israel’ bukan awal dari normalisasi, lansir The New Arab (29/07/2022).
Pekan lalu, Riyadh mengumumkan mereka telah membuka wilayah udaranya untuk semua maskapai sipil, termasuk penerbangan dari dan ke ‘Israel’ setelah kunjungan presiden AS Joe Biden.
Langkah itu dilakukan setelah para pejabat ‘Israel’ terus-menerus meminta agar maskapai mereka dapat terbang di atas wilayah Saudi dengan tujuan Asia.
Keputusan Saudi kemudian memicu kemarahan dunia Arab, dengan banyak orang yang menyebut bahwa kerajaan akan segera menormalkan hubungan dengan zionis ‘Israel’ setelah UEA, Bahrain dan Maroko.
Kuasa Usaha dalam delegasi tetap Saudi untuk PBB, Muhammad Al-Ateeq, mengatakan pada hari Kamis bahwa kebijakan baru tersebut tidak mengubah kebijakan resmi Riyadh tentang Palestina.
Arab Saudi berdalih keputusan untuk mengizinkan penggunaan wilayah udara untuk semua maskapai penerbangan murni terkait dengan kewajiban internasional.
“Arab Saudi menekankan pentingnya perdamaian yang komprehensif dan abadi di Timur Tengah sebagai pilihan strategis untuk mengakhiri salah satu konflik sejarah terpanjang dan paling kompleks di dunia kontemporer, berdasarkan solusi dua negara dan per perjanjian internasional,” kata Al-Ateeq.
Dijuluki Kesepakatan Abraham, kesepakatan normalisasi ‘Israel’ dengan tiga negara Arab pada tahun 2020 dikecam oleh Palestina sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka, sementara ‘Israel’ terus menduduki Tepi Barat dan mengepung Jalur Gaza.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas responden di dunia Arab menentang kesepakatan normalisasi.
Israel sebelumnya menandatangani kesepakatan damai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.*