Hidayatullah.com– Kurang dari setengah pelajar Korea Selatan menilai unifikasi dengan saudara mereka di Utara perlu untuk dilakukan, menurut hasil survei yang dirilis hari Sabtu (16/3/2/24).
Dari jajak pendapat online yang diikuti oleh 73.991 pelajar sekolah dasar, menengah dan atas, yang dilakukan oleh Kementerian Unifikasi dan Kementerian Pendidikan dari 20 Oktober sampai 20 November 2023, diketahui bahwa 49,8 persen menjawab unifikasi diperlukan, sementara 38,9 persen mengatakan tidak diperlukan.
Ini untuk pertama kalinya angka pendukung unifikasi di kalangan pelajar berada di bawah 50 persen sejak survei serupa dimulai pada 2014, lapor The Korea Times.
Kedua Korea secara teknis masih berperang, karena perang tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata.
Di antara mereka yang menentang ide unifikasi beralasan penyatuan kedua Korea justru akan menimbulkan masalah sosial (28,6 persen), sementara yang memberikan alasan beban ekonomi sebesar 27,9 persen.
Sentimen negatif terhadap Korea Utara menguat beberapa tahun terakhir.
Responden yang melihat Korea Utara sebagai negara yang harus diajak kerja sama oleh Korea Selatan menurun menjadi 32,1 persen pada 2023 dari 38,7 persen pada 2022. Pelajar yang melihat Korea Utara sebagai musuh naik dari 10,9 persen menjadi 12,5 persen pada periode yang sama.
Pelajar yang tidak tertarik dengan urusan unifikasi terus naik selama empat tahun berturut-turut dari 20,2 persen pada 2020 menjadi 28,3 persen pada 2023.
Mereka yang meyakini bahwa hubungan antar-Korea tidak damai naik menjadi 56 persen pada 2023 dari 55,7 persen pada 2022.
“Provokasi oleh Korea Utara telah memupuk pandangan negatif pelajar terhadap unifikasi,” kata Kementerian Unifikasi.
“Bersama dengan Kementerian Pendidikan, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskan kepada para pelajar tentang perlunya unifikasi dan arah kebijakan unifikasi,” imbuhnya.*