Hidayatullah.com—Seorang wanita Muslim telah mengajukan gugatan federal terhadap Kantor Sheriff Knox County di Tennessee dengan tuduhan bahwa hak-hak beragamanya dilanggar ketika dia dipaksa melepas jilbabnya untuk foto penangkapan (mugshot) yang kemudian dipublikasikan secara online.
Layla Soliz dari Knoxville, Tennessee, Amerika Serikat (AS) mengajukan gugatan pada hari Senin setelah ditangkap pada 15 Mei 2024. Ia ditangkap saat demonstrasi pro-Palestina di Universitas Tennessee di Knoxville, lapor Middle East Eye (MEE).
Saat itu Soliz dipaksa melepas jilbabnya oleh Deputi Kantor Sheriff Knox County. Ia dia ditahan bersama suaminya dan 10 demonstran pro-Palestina lainnya pada malam 15 Mei, hal itu menandai interaksi yang mengejutkan dengan sistem peradilan Amerika.
Ia mengaku, saat itulah pertama kalinya dia diborgol, pertama kali dia masuk penjara, dan pertama kali hak-hak keagamaannya dilanggar dengan cara yang menimbulkan trauma bagi wanita Muslim.
Para sipir penjara memotretnya tanpa jilbab, penutup kepala Muslim yang dikenakan wanita Muslimah, sebagai bagian dari keyakinan mereka, dan mengunggah fotonya itu ke internet, yang merupakan pelanggaran terhadap kebijakan lembaga itu sendiri.
Ketika dia dan orang lain yang ditangkap di kampus Universitas Tennessee di Knoxville tiba di Fasilitas Penahanan Knox County larut malam itu, setelah menunggu berjam-jam di dalam mobil van gelap dengan tangan terikat tali pengikat, dia sama sekali tidak punya firasat bahwa polisi akan melanggar hak-hak keagamaan konstitusionalnya.
Maha Ayesh, pengacara lokal dan anggota dewan organisasi Komunitas Muslim Knoxville menuju penjara untuk memperjuangkan agar polisi tidak melepaskan jilbab Soliz. Hal ini karena dalam Islam, jilbab menunjukkan kewajiban muslimah, nilai kesopanan, melindungi dari tatapan laki-laki.
Namiun upaya Ayesh untuk melindungi hak beragama Soliz tidak berhasil, dan sipir Kantor Sheriff Knox County dinilai melanggar kebijakan tertulis lembaga tersebut dengan mengunggah foto klien nya tanpa jilbab.
“Ketika mereka mengambil foto saya, mereka mengatakan bahwa saya harus melepasnya. Mereka mengambil satu foto saat saya mengenakan jilbab dan satu lagi tanpa jilbab dan mereka meyakinkan saya bahwa foto yang tidak mengenakan jilbab tidak akan terlihat oleh petugas pria atau publik dan foto itu akhirnya tersebar di internet. Sebagai seorang Muslim, itu menjadi pemicu stres. Bukan hanya hak saya untuk berbicara yang dilanggar, tetapi juga kebebasan beragama saya,” kata Soliz kepada Knox News.
Pengacara Soliz, Daniel Horwitz, mengatakan undang-undang negara bagian dan federal, serta kebijakan Knox County sendiri, melindungi individu dari pelanggaran semacam itu.
Gugatan tersebut menuntut ganti rugi paling sedikit $250.000, penghapusan foto tahanan dan perubahan kebijakan permanen untuk mencegah kejadian serupa terjadi.
“Perlakuan buruk para terdakwa terhadap Soliz dan sikap tidak menghormati hak beragamanya meninggalkan kesan mendalam pada dirinya,” demikian isi gugatan tersebut.
Soliz, lulusan Universitas Tennessee tahun 2012 dan tumbuh besar di Knoxville dan telah berada di kampus selama beberapa hari sebelum penangkapan bersama mahasiswa dan penyelenggara lainnya.
Berasal dari keluarga Palestina yang secara langsung menderita akibat genodisa di Gaza. Ia menekankan haknya untuk hadir di kampus hari itu, tidak hanya sebagai alumni tetapi juga sebagai bentuk solidaritas dengan mahasiswa dan komunitas Muslim yang lebih luas.
Pada tahun 2023, seorang wanita Muslim, Sophia Johnston menggugat Rutherford County karena dipaksa melepas jilbabnya agar penangkapannya bisa difoto.
Distrik tersebut menyelesaikan kasus ini dan merevisi kebijakan penahanannya untuk menghormati praktik keagamaan.*