Hidayatullah.com— Pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), yang menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Ahmed al-Sharaa atau dikenal Abu Mohamed al-Jaulani) hari Selasa mengatakan akan segera merilis daftar nama-nama pejabat senior pemerintah yang terlibat dalam kejahatan perang terhadap warga sipil.
“Kami tidak akan ragu untuk meminta pertanggungjawaban para penjahat, pembunuh, keamanan, dan perwira militer yang terlibat dalam menyiksa rakyat Suriah,” ujarnya dalam sebuah pernyataan di akun Telegram.
“Kami akan mengejar penjahat perang dan menuntut mereka dari negara-negara tempat mereka melarikan diri sehingga mereka dapat menerima hukuman yang adil,” kata Ahmed al-Sharaa.
“Kami akan mengumumkan daftar No. 1 yang mencakup nama-nama pejabat paling senior yang terlibat dalam menyiksa rakyat Suriah,” kata pemimpin koalisi kelompok pembebasan Suriah ini.
Sharaa, yang kini telah mempercayakan Mohammed al-Bashir, perdana menteri dalam Pemerintahan Penyelamat Suriah (SSG) – cabang politik dan sipil HTS –membentuk pemerintahan transisi, mengatakan bahwa mereka akan menawarkan “hadiah kepada siapa saja yang memberikan informasi tentang tentara senior dan petugas keamanan yang terlibat dalam kejahatan perang.”
Perdana Menteri Mohammed al-Jalali mengatakan kepada saluran TV Saudi al-Arabiya bahwa dia telah setuju untuk menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintah Bala Keselamatan kelompok oposisi.
Pemimpin kelompok oposisi itu menambahkan bahwa mereka telah menegaskan komitmen kami terhadap toleransi bagi mereka yang tangannya tidak ternoda dengan darah rakyat Suriah, dan kami telah memberikan amnesti kepada mereka yang berada dalam pelayanan wajib.
“Bahlum para martir yang tidak bersalah dan hak-hak tahanan adalah kepercayaan bahwa kita tidak akan membiarkan orang-orang yang terbuang atau dilupakan.”
Dalam 12 hari, serangan kelompok oposisi mengakhiri lebih dari lima dekade pemerintahan besi Assad di Suriah yang dikenal kejam. Bashar kini melarikan diri dari Damaskus bersama keluarganya dan mencari suaka di Moskow.
Al-Jaulani siap mengakhiri perang
Tidak lama setelah mengumumkan jatuhnya rezim Bashar al-Assad, Al-Jaulani telah mengeluarkan pernyataan yang ditujukan untuk meyakinkan warga Suriah, kelompok minoritas dan seluruh dunia tentang stabilitas negara tersebut.
“Negara ini akan dibangun kembali,” katanya kepada reporter Sky News Zein Jaafar di Damaskus. “Ketakutan itu berasal dari kehadiran rezim. Negara ini bergerak menuju pembangunan dan rekonstruksi. Negara ini menuju stabilitas. Orang-orang kelelahan karena perang. Jadi, negara ini tidak siap untuk perang lagi, dan tidak akan terlibat dalam perang lagi.”
Al-Jaulani yang memelopori serangan kilat tersebut menyebutkan bahwa Mohammad Ghazi Al-Jallali, ditunjuk sebagai perdana menteri (PM) oleh Al Assad pada September lalu, untuk sementara akan mengawasi lembaga-lembaga publik.
Al-Jaulani juga menginstruksikan pasukan oposisi di Damaskus untuk menahan diri agar tidak mendekati lembaga-lembaga publik dan melarang pelepasan tembakan sebagai perayaan, guna menghindari kasus penjarahan.
Sementara Al-Jallali juga menyerukan agar warga Suriah melindungi fasilitas-fasilitas umum, seraya mengatakan bahwa fasilitas tersebut milik semua warga.
“Kami menghargai setiap warga Suriah yang berkomitmen untuk menjaga sumber daya negara,” ungkapnya dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.
“Suriah adalah milik semua warga Suriah, dan saya mendorong seluruh masyarakat untuk berpikir secara rasional tentang kepentingan terbaik bangsa,” katanya.
Al-Jaulani mengatakan bahwa penduduk Suriah selama ini takut pada milisi Syiah Iran, termasuk Hizbullah, dan menambahkan bahwa “pengusiran mereka merupakan solusi bagi bangsa Suriah.”*