Hidayatullah.com – Beberapa hari terakhir, India dan Pakistan terlibat dalam konflik militer paling besar dalam puluhan tahun, melampaui konflik Kashmir.
Dimulai pada 8 Mei, listrik tiba-tiba padam dan sirine meraung-raung di beberapa negara bagian dan di Kashmir yang dicaplok India. Kemudian disusul dengan suara ledakan sesaat setelah rudal dan drone terbang melintasi langit, menurut sejumlah saksi mata.
Medan tempur tidak hanya terjadi di perbatasan, pertempuran yang sama berbahaya terjadi di layar televisi dan media sosial. Bahkan saluran televisi India dengan blak-blakan menayangkan klaim palsu bahwa sejumlah kota Pakistan sedang diserang.
Kampanye disinformasi dan hoaks terkoordinasi serempak disebarkan tidak hanya dari akun buzzer, namun juga dari jaringan mainstream nasional India. Hal itu, melansir TRT World, bertujuan untuk menjelekkan Pakistan dan mengobarkan sentimen nasionalis.
Baca juga: Yang Perlu Anda Ketahui tentang Konflik India-Pakistan
Propaganda India
Sejumlah saluran televisi India bahkan terang-terangan menyebarkan berita palsu di akun resmi media sosial mereka.
“India menyerang Ibu Kota Pakistan, Islamabad!” tulis unggahan DNA yang kemudian dihapus tanpa penjelasan.
“Ibu Kota Pakistan, Islamabad, telah diduduki!” tulis Zee News.
India Today ikut serta dengan menuduh serangan India terhadap Lahore dan Karachi.
Di antara rekayasa yang paling mengerikan adalah laporan dari ABP News, yang secara keliru mengklaim bahwa Kepala Angkatan Darat Pakistan, Jenderal Asim Munir, telah ditangkap.
Disinformasi tersebut mencapai tingkat yang tidak masuk akal ketika Zee News menayangkan gambar-gambar yang menyatakan bahwa tentara Pakistan telah menyerah setelah pasukan India “merebut beberapa kota besar.”
Membungkam informasi
Pada hari Kamis (8 Mei), X mengumumkan bahwa pemerintah India telah memerintahkannya untuk memblokir lebih dari 8.000 akun di platformnya. Meskipun media sosial itu tidak setuju dengan perintah tersebut, X menyatakan bahwa mereka telah mulai mematuhinya sebagai bentuk protes.
X juga memperingatkan bahwa kegagalan untuk mematuhi arahan ini dapat mengakibatkan hukuman berat, termasuk denda yang besar dan potensi pemenjaraan bagi karyawannya yang berkantor di India.
Beberapa di antaranya termasuk perusahaan media independen seperti thewire dan maktoobmedia, Free Press Kashmir, The Kashmiriyat, dan jurnalis veteran seperti Anuradha Bhasin dan Muzamil Jaleel.
Langkah tersebut telah menuai kecaman sebagai “serangan terhadap kebebasan pers” dan upaya yang disengaja untuk membungkam suara-suara kredibel, bahkan ketika media arus utama yang telah menyebarkan disinformasi terus beroperasi tanpa kendali.*
Baca juga: Remaja Muslim Ini Bungkam Reporter TV India yang Ajak Perang dengan Pakistan