Hidayatullah.com—Bagian dampak dari sekularisasi ilmu yang terjadi di Barat adalah timbulnya keburukan yang luar biasa. Mulai dari degradasi adab, akhlak dan hancurnya ekonomi dunia, hingga kepada kerusakan lingkungan dan alam sekitar.
“Puncaknya adalah ketika orang itu semakin jauh dari Allah. Sebab orang yang kian jauh dari agama berarti ia tersesat dalam ilmu pengetahuannya,” demikian diungkapkan Prof Wan Mohd Nor Wan Daud dalam sebuah acara Kuliah Umum di kampus Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor Selasa, (03/11/2014) lalu.
Dalam kuliah umum bertajuk “Pendidikan Tinggi Berkualitas Dalam Perspektif Islam dan Barat” Prof Wan Mohd Nor mengingatkan bahwa pendidikan itu dianggap sukses dan berkualitas ketika mampu melahirkan out-put yang terintegrasi antara iman dan ilmu, antara ilmu dan adab, antara ilmu dan amal.
Menurutnya, ukuran kualitas manusia hanya diukur dari adab dan akhlak mereka, bukan yang lain.
“Biar sains dan teknologi mereka hebat tapi kalau tidak punya adab, maka ia rusak. Jika adab telah rusak maka negara ikut jadi rusak,” ujar pria kelahiran Kelantan, Malaysia ini.
“Parahnya, hari ini pemuda Islam seolah berlomba meniru seluruh budaya Barat padahal orang Barat sendiri hari ini sedang mencari solusi atas kegelisahan berkepanjangan mereka,” imbuh pria yang telah banyak menulis buku dan karya ilmiah ini.
Meski Barat mengaku terdepan dalam era modern, tapi sejatinya ia rapuh dalam kemajuan dibanggakan itu.
Sebelumnya ia sempat menyampaikan bahwa tidak semua yang mengkritik Barat bisa disebut anti Barat. [Baca: Prof Wan Mohd Nor Wan Daud: Mengkritik Barat Bukan Berarti Anti
Barat]
Sebab sikap mengkritik Barat karena ada budaya Barat yang tak sesuai dengan ajaran syariat Islam. Di antaranya ia mengkritik beberapa konsep pendidikan Barat yang dianggapnya menyimpang dari agama Islam.*