Hidayatullah.com— Dini hari ini, penjajah Israel melancarkan serangan udara masif ke Iran, menyerang fasilitas militer dan nuklir, serta menewaskan sejumlah jenderal militer dan ilmuwan nuklir ternama.
Media pemerintah Iran —IRNA dan Tasnim—melaporkan Jenderal Mayor Hossein Salami, Komandan Jenderal Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, tewas dalam serangan ini. Juga tewas dua ilmuwan penting, Fereydoun Abbasi‑Davani (mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran) dan Mohammad Mehdi Tehranchi (Presiden Universitas Azad), yang tewas di fasilitas pengayaan uranium Natanz.
“Dua perwira tinggi dari IRGC juga terluka parah, selain sejumlah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak…” kutip IRNA
Tasnim menayangkan video kehancuran di Natanz, dengan gedung-gedung penelitian yang ambruk dan awan tebal menyelimuti lokasi . IRNA juga merilis foto-foto ledakan di Teheran utara, menunjukkan bangunan apartemen hancur dan puing berserakan.
Media Iran mencatat serangan berlangsung di empat kota, dengan rudal presisi menghantam pusat IRGC dan fasilitas nuklir dalam operasi yang diklaim sebagai “pre-emptive strike” oleh Israel.
Rekaman pernyataan pejabat IRGC yang dikutip oleh Tasnim menyatakan: “Serangan ini adalah kejahatan […] dan akan dibalas dengan keputusan yang tegas dan keras.”
Surat kabar IRNA menambahkan, bahwa Ketua Garda Revolusi menyebut Israel telah membuka gerbang neraka, dan perlawanan Iran akan luar biasa dan mematikan.
Ayatollah Ali Khamenei juga memberikan peringatan tegas: serangan seperti ini “tidak boleh diremehkan dan Israel harus menyadari kesalahannya saat ini” .
Rencana Balasan Iran
Kantor berita Tasnim dan IRNA melaporkan bahwa Iran siap membalas serangan ini. IRGC menyiapkan ratusan rudal balistik dan drone, siap meluncur ke wilayah Israel segera setelah perintah militer diberikan.
Usulan dilayangkan bahwa balasan akan menyasar infrastruktur militer dan nuklir Israel, dengan dukungan penuh hukum internasional sebagaimana diatur dalam Piagam PBB Pasal 51.
IRNA bahkan mengabarkan tak ada rencana Irab melakukan diplomasi; balasan bersifat “langsung, kuat, dan tidak ada kompromi” .
Pengamat dalam negeri menilai konflik ini telah melewati ambang toleransi dan berpotensi menimbulkan perang regional terbuka. IRNA memperingatkan bahwa kelompok proksi Iran di Lebanon (Hizbullah) serta di Irak dan Yaman bisa dilibatkan.
Sementara itu, pasar global telah bereaksi dengan signifikan: harga minyak melonjak tajam, menunjukkan kekhawatiran atas gangguan di kawasan Timur Tengah.*