Hidayatullah.com- Meski evaluasi pengaturan doa di sekolah negeri yang sempat disampaikan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan, menurut Direktur CIIA, Harist Abu Ulya tak ubahnya seperti “rayap-rayap sekulerisme” yang kerjanya menggerogoti bangunan milik masyarakat Muslim Indonesia.
“Saya lebih merasakan bahwa kaum sekuler yang memegang kebijakan di sektor pendidikan dan sektor lainya di negeri ini,” kata Harist dalam rilisnya kepada hidayatullah.com, Kamis (11/12/2014).
Menurut Pengasuh Majelis al-Bayan sedikit demi sedikit mereka (rayap-rayap sekulerisme.red) akan terus berusaha melahirkan kebijakan untuk memastikan pengampasan kaum muslimin dari agamanya.
“Indonesia ingin diubah menjadi negara sekuler sejati, sementara agama hanya menjadi simbol dan spiritualism ansich,” tegas Harist.
Agama dikotak-kotakin dalam doktrin sempit serta tidak boleh menjadi pondasi bangunan masyarakat bernegara secara utuh. Maka, lanjut Harist, sektor pendidikan menjadi salah satu kunci utama bagaimana Indonesia ke depan bisa melahirkan para generasi sekuler.
“Mereka (rayap-rayap sekulerisme.red) siang dan malam bekerja untuk merobohkan integritas umat Islam terhadap agamanya baik di wilayah aqidah maupun syariat,” pungkas Harist.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dari sinilah, menurut Harist, letak pentingnya amar ma’ruf nahi mungkar bagi para ulama dan intelektual Muslim yang hanif untuk tegak berdiri menjaga umat Islam menghadapi serbuan “rayap-rayap sekulerisme” yang lapar dan hanya mencari sekerat tulang dunia yang tidak pernah mengenyangkan dengan kerja menghancurkan Islam.*