Hidayatullah.com–Presiden Karimov kemarin menggelar jumpa pers untuk pertama kalinya sejak pasukan Uzbekistan melepaskan tembakan ke arah demonstran. Akiibar peristiwa yang menelan banyak korban itu, mengundang ribuan pengunjuk rasa kembali mendatangi jalan-jalan di Andijan untuk mendesak Karimov mengundurkan diri.
Jum’at lalu, aparat Uzbekistan menembaki secara sporadis sekitar 3.000 demonstran. Sedikitnya 500 korban tewas dan 2.000 orang terluka. Korban tewas, Minggu (15/5), digeletakkan di halaman sebuah sekolah di Andizhan, Uzbekistan. Ratusan mayat itu diletakkan berjajar-jajar untuk mempermudah proses identifikasi tim autopsi dan memudahkan pencarian dari keluarga.
Kejadian ini membuat beberapa negara prihatin. Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengatakan akan mengevaluasi tindak kekerasan itu. Menlu Inggris Jack Straw, Minggu, kepada Radio BBC menyerukan agar Uzbekistan berubah menjadi negara demokrasi.
Salahkan HT
Para saksi mata menuturkan, unjuk rasa yang semula berlangsung tenang dan tertib itu berubah menjadi demonstrasi anti-pemerintah. Kemudian datanglah truk berisi puluhan tentara yang langsung melepaskan tembakan ke arah kerumunan massa itu.
"Banyak orang jadi korban. Tentara-tentara itu kemudian meletakkan senjata mereka di dekat mayat. Mungkin mereka berusaha membuat orang mengira orang-orang yang tewas itu teroris," kata Nadyr, seorang pekerja di sebuah pasar di Andizhan.
Tentara-tentara itu terus saja melepaskan tembakan ke arah kerumunan massa, tidak peduli apakah mengenai perempuan, anak-anak, atau anggota polisi yang sempat berteriak meminta agar mereka tidak menembak. Tentara-tentara itu terus saja menembaki ratusan korban yang terluka dan sudah jatuh terkapar di jalanan.
Menurut pengakuan warga yang tinggal di sekitar lokasi itu kepada Reuters, meski insiden kekerasan itu usai dua hari lalu, darah masih menggenang dan sisa-sisa potongan tubuh korban berserakan di jalanan.
Anehnya, Presiden Uzbeksitan, Islam Karimov justru mengatakan perlawanan bersenjata diprakarsai oleh kelompok Islam dilarang di negeri itu, Hizb ut-Tahrir, yang menurutnya, ingin menggulingkan pemerintahan yang sah.
Semenjak berkuasa, Karimov dikenal bertindak sewenang-wenang pada kelompok Islam, diataranya Hizbut Tahrir. Seorang pemimpin gerakan Islam Uzbekistan (IMU), bahkan pernah dihukum mati in absentia. (cha, berbagai sumber)