Jum’at, 7 Oktober 2005
Hidayatullah.com–Kebangkitan dan perjuangan rakyat Palestina melawan kezaliman dan penjajahan Yahudi, yang lebih dikenal dengan sebutan Intifadhah Al-Aqsa kini telah memasuki tahun ke-enam.
Intifadhah Al-Aqsa dipicu oleh perilaku Ariel Sharon yang menghina umat Islam. Saat Sharon menginjakkan kaki ke dalam Masjidil Aqsa pada tanggal 28 September tahun 2000 dengan tujuan untuk menghina umat Islam, dia tidak membayangkan bahwa perbuatan sombongnya itu telah menyebabkan kebangkitan besar rakyat Palestina melawan Rezim Zionis.
Sejak lima tahun lalu, Rezim Zionis telah berusaha dengan berbagai macam sarana untuk menumpas dan melenyapkan intifadah rakyat Palestina.
Berlandaskan kepada laporan beberapa waktu yang lalu, Pusat Informasi Pemerintahan Otonomi Palestina menyebutkan bahwa pada sepanjang lima tahun tersebut, 4124 warga Palestina gugur syahid, dan 765 orang di antaranya adalah anak-anak dan remaja, sementara 268 orang lainnya adalah perempuan.
Tentara Zionis telah menembaki rakyat Palestina yang tidak berdosa ini dengan mengunakan berbagai senjata ringan dan berat. Mereka juga telah melakukan aksi teror terhadap 343 warga Palestina dan kini memenjarakan 8500 warga Palestina.
Zionis bahkan juga menghancurkan rumah-rumah dan ladang-ladang milik rakyat Palestina. Sampai saat ini, lebih dari 71 ribu unit rumah dan satu juta empat ratus ribu batang pohon telah dimusnahkan oleh rezim penjajah itu.
Berdasarkan data yang menunjukkan kekejaman luar biasa orang-orang Zionis, kita bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kembali tanah air mereka. Di tengah kezaliman luar biasa Zionis, rakyat Palestina tetap teguh dan pantang menyerah. Kegigihan itu bersumber dari banyak faktor, yang terpenting adalah faktor kesadaran rakyat Palestina terhadap hakikat Islam sebagai agama yang membenci kezaliman dan menuntut keadilan.
Pada tahun 2005, perjuangan rakyat Palestina telah memasuki tahapan baru. Setelah lima tahun menderita berbagai serangan dan kezaliman yang dilancarkan Zionis, dan dengan gigih melakukan perlawanan, akhirnya rakyat Palestina berhasil membuat Rezim Zionis menarik mundur tentaranya dari Jalur Gaza.
Penarikan mundur ini merupakan kekalahan pahit terbesar kedua bagi Tel Aviv setelah kekalahan pertama mereka dari pejuang Lebanon Selatan pada tahun 2000.
Penarikan mundur tentara Zionis dari Jalur Gaza telah memberikan dampak pahit bagi Rezim Zionis. Keputusan untuk menarik mundur tentara dan pengosongan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza telah menyebabkan konflik tajam di kalangan orang-orang Zionis sendiri.
Kalangan kaum Yahudi ekstrim amat marah atas keputusan itu dan akibatnya, posisi Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Rezim Zionis pun berada pada kondisi kritis. Selain itu, kekecewaan di kalangan para imigran Yahudi di Palestina pendudukan juga semakin memuncak dan mereka pun berbondong-bondong keluar dari Palestina.
Berdasarkan data statistik yang diterbitkan oleh Pusat Data Statistik Rezim Zionis beberapa waktu yang lalu, hingga akhir tahun 2005 ini, diperkirakan jumlah orang Yahudi yang meninggalkan tanah Palestina pendudukan akan mencapai lebih dari 25 ribu orang.
Kondisi ini jelas merupakan satu hal yang membahayakan posisi Tel Aviv yang selama ini berusaha untuk menarik orang-orang Yahudi dari seluruh dunia agar tinggal di Palestina pendudukan dengan iming-iming janji manis.
Sementara itu, bagi rakyat Palestina sendiri, keluarnya tentara Zionis dari Jalur Gaza dan pengosongan pemukiman Yahudi di kawasan itu telah membawa sebuah kondisi baru. Berbagai kelompok pejuang Islam Palestina yang selama ini memainkan peran penting dalam melemahkan Rezim Zionis, kini mulai bahu-membahu untuk membangun kembali Jalur Gaza. Mereka juga ikut secara aktif dalam pemilihan walikota dan aktif dalam pembentukan pemerintahan kota yang baik.
Kelompok-kelompok pejuang Islam Palestina kini juga berhasrat untuk ikut serta dalam pemilu parlemen yang akan diselenggarakan pada bulan Januari mendatang. Aktivitas politik kelompok-kelompok seperti Hamas dan Jihad Islami Palestina serta besarnya sambutan rakyat, telah menimbulkan rasa takut di tengah Rezim Zionis. Orang-orang Zionis pun berusaha menghalang-halangi keikutsertaan para kandidat parlemen dari kelompok-kelompok pejuang ini. Bahkan, tentara rezim Zionis dalam sebuah serangan menakutkan telah menyandera beberapa orang kandidat parlemen dari kelompok pejuang Hamas.
Di pihak lain, penarikan mundur tentara Zionis dari Jalur Gaza telah menimbulkan dendam mendalam di tengah Rezim Zionis dan mereka selalu berusaha membalas dendam dengan berbagai cara. Di antara langkah-langkah yang diambil Zionis adalah tekanan dan serangan terhadap rakyat Palestina di kawasan Tepi Barat Sungai Jordan.
Ariel Sharon juga mengumumkan akan terus membangun kompleks-kompleks pemukiman Zionis di kawasan Tepi Barat. Zionis juga bertekad akan menyelesaikan pembangunan Tembok Pemisah Zionis sebelum berakhirnya tahun 2005. Bila tembok pemisah dengan tinggi 8 meter dan panjang 700 kilometer itu selesai, 58 persen dari wilayah Tepi Barat akan masuk ke dalam tanah pendudukan Palestina atau wilayah yang diklaim sebagai tanah Israel.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Di samping itu, kondisi kota Baitul Maqdis, khususnya Masjidil Aqsa, juga semakin berbahaya. Sepanjang sembilan bulan terakhir, kelompok-kelompok ekstrim Zionis dengan bantuan tersembunyi dari pihak pemerintah, berniat untuk merusak Masjidil Aqsa, namun selalu berhasil digagalkan oleh pertahanan rakyat Palestina.
Rezim Zionis juga melakukan upaya Yahudisasi kota Baitul Maqdis, dengan cara mengusir keluar orang-orang Palestina dari kota itu dan menarik orang Yahudi sebanyak mungkin untuk tinggal di sana. Dengan demikian, perjuangan Intifadhah Al Aqsa ini kini telah menghadapi tantangan baru yang harus dihadapi dengan strategi baru pula. Berkaitan dengan hal ini, kelompok pejuang Palestina, Hamas, telah mengumumkan untuk memindahkan pusat aktivitas mereka ke kawasan Tepi Barat.
Sayangnya, perjuangan rakyat Palestina ini tidak banyak mendapat bantuan dari kaum muslimin di berbagai penjuru dunia. Sebagian negara Arab, seperti Mesir, Jordan, Qatar, dan Bahrain, bahkan menjalin kerjasama dengan Israel. Pemerintahan negara-negara muslim pun umumnya hanya memberi dukungan moral belaka dan tidak banyak melakukan langkah konkrit. Sebaliknya, rezim Zionis selalu mendapat dukungan penuh, baik politik, keuangan, dan militer dari negara-negara Barat, terutama AS. Namun demikian semua itu sama sekali tidak menyurutkan langkah dan ketegaran bangsa Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka. Sejarah telah menunjukkan bahwa betapapun kuatnya kaum yang zalim, akhirnya mereka akan tunduk dan menyerah kalah di hadapan kemauan kukuh sebuah bangsa yang beriman, bersatu, dan berani.
Tulisan ini merupakan analis Radio Irib, Iran, yang dimuat awal bukan Oktober 2005