Hidayatullah.com–Film yang diadaptasi dari novel dengan judul sama karangan Habiburrahman El Shirazy itu, sudah menyedot 600 ribu penonton.
Sebelumnya, pada hari perdana pemutaran, film yang menampilkan tokoh utama Kholidi Assadi Alam alias Odi sebagai Azzam tersebut, mencatatkan rekor dengan perolehan 115 ribu penonton. “Itu rekor. Sebelumnya, bisa 60 ribu penonton pada hari pertama, Kamis itu, sudah bagus,” ujar Manager PR SinemArt Abdul Azis kemarin (15/6).
Pada hari pertama, KCB menyebarkan 80 kopi film untuk 100 layar. Saat ini jumlahnya meningkat menjadi 100 kopi untuk sedikitnya 140 layar. Yang paling penting, kata Azis, satu bioskop yang bisa terdiri atas tiga layar mendapatkan jatah satu kopi.
Pihak SinemArt berharap, KCB bisa ditonton minimal sekitar lima juta pembaca novelnya. Selebihnya, mereka berusaha meraup penonton di luar pembaca. Maka, promosi tetap gencar dilakukan. Tidak hanya di kota besar, tapi juga sampai ke kota kecil.
“Setiap minggu kami road show ke beberapa kota sampai nanti, awal Agustus, saat KCB seri 2 diputar,” ucap Azis.
Agar bisa untung, KCB memang harus ditonton banyak orang. Sebab, biaya produksi film tersebut memang sangat besar, sekitar Rp 40 miliar. Pasalnya, syuting dilakukan di dua negara, Indonesia dan Mesir, serta proses praproduksinya panjang.
“Kalau mau BEP (break event point, Red), memang harus ditonton jutaan orang. Tapi, sebenarnya kami belum menghitung secara pasti biaya produksinya,” jelas Azis.
Setidaknya, dia ingin KCB bisa menyamai capaian penonton Ayat-Ayat Cinta (AAC), hampir tiga juta penonton, film yang juga diadaptasi dari novel Kang Abik (sapaan Habiburrahman). Bagaimana jika tidak sampai sebanyak itu? “Ya tidak apa-apa. Yang penting, kami sudah berusaha maksimal. Soal hasil, kami serahkan kepada penilaian penonton dan kehendak Allah,” tutur Chaerul Umam, sang sutradara.
Terlebih, Umam sepakat bahwa pembaca novel belum tentu menonton filmnya, begitu pula sebaliknya. Tapi, sutradara senior itu meyakini, siapa pun yang sudah membaca novelnya akan penasaran terhadap filmnya.
“Dari 20 film yang saya sutradarai, empat film saya bertema religi dan itu sangat dikenal di masyarakat. Jadi, menurut saya, masyarakat sangat apresiatif dengan film-film religi. Tidak hanya Islam, tetapi juga agama lain. Apalagi, saat ini film religi seakan menjadi tren,” papar Umam berusaha meyakinkan. [jp/hidayatullah.com]