Hidayatullah.com—Berangkat ke Baitullah dan tanah suci adalah hal yang paling diimpikan semua kaum Muslim di seluruh dunia. Namun ongkos haji yang kelewat mahal setiap tahun, keinginan seperti itu biasanya hanya mimpi bagi kaum fakir-miskin.
Tapi, kondisi seperti ini tak menyurutkan langkah dua orang warga asal Kota Malang, Mochammad Choiron Mat Sholeh alias Nafil (48) dan Kusno Hadi Ardjono alias Gatot (60). Senin, 13 Juli 2009, ia menetapkan hati menuju Baitullah dengan mangayuh becak. Entah akan berapa lama akan sampai di sana. Namun, ketetapan hatinya ini sudah bulat.
Kemarin, keduanya berada di Balai Kota Malang untuk sekadar meminta restu dan surat jalan. “Berhaji dengan naik pesawat sudah biasa. Dengan naik sepeda dan becak akan luar biasa, sekalian napak tilas perjalanan para wali dan nabi yang dulu juga tak punya transportasi canggih untuk syiar agama,” kata khoiron, Senin (13/7/2009).
Choiron, warga Jl Mayjend Sungkono, dan Gatot, warga Janti Gang VIII, yang berangkat dari halaman Balai Kota Malang, Senin (13/7) siang, merasa optimistis misi mereka menuju rumah Allah untuk melakukan ibadah haji akan terwujud.
“Ini sudah takdir, saya mendapatkan panggilan ini untuk pergi ke sana (Mekah) dengan ini (sepeda pancal),” kata Choiron, sesaat sebelum berangkat menuju Surabaya untuk memulai perjalanan yang disebutnya sebagai perjalanan suci.
Persiapan
Choiron mengatakan, dirinya memutuskan hal yang bagi kebanyakan orang disebut keputusan nekat, setelah bermimpi kira-kira lima bulan lalu. Dalam mimpinya tersebut, Khoiron merasa mendapatkan perintah untuk berhaji. Hal ini kemudian diutarakan ke Gatot, yang tak lain sahabat sejak kecil.
Gayung bersambut. Gatot yang sehari-hari jualan batu akik dan tahu lontong ini juga merasakan hal yang sama. Keduanya pun kemudian sama-sama mengurus paspor, sembari terus memperdalam ilmu agama.
Selain menambah ilmu agama, persiapan fisik juga dilakukan keduanya. Selama dua bulan terakhir, Choiron rajin mengayuh sepeda onthel merek Phoenix miliknya keliling Kota Malang. Sedangkan Gatot yang tahun 1986 pernah keliling Indonesia dengan becak, juga rajin mengenjot becak miliknya, bahkan sampai wilayah Kabupaten Malang yang berbukit-bukit, Kota Batu, hingga Pakis.
“Kami berangkat dengan niat baik, insya Allah kami berhasil mencapai Mekah sebelum musim haji tahun depan,” sambung Gatot, yang akan meninggalkan dua istri dan 12 anak.
Kepergian keduanya dari halaman Balai Kota Malang, Senin (13/7) sekitar pukul 11.00 WIB berlangsung dengan haru. Mudjiati, 40, istri Khoiron bersama kedua anaknya, Indah Amalia dan Ifan Kurniawan, terlihat menitikan air mata.
Ketiganya bergantian memeluk erat tubuh Khoiron yang kemarin tampil trendi dengan kostum olahraga berwarna putih bertuliskan Indonesia plus lambang Pancasila di bagian dada. Pakaian yang sama juga dikenakan oleh Gatot.
“Pertama kali bapak ngomong mau ke Mekah dengan sepeda pancal, saya hanya kepikiran `apa bisa sampai?,” kata Amalia sambil terisak sedu.
“Kami hanya bisa ikhlas, kami hanya bisa berdoa. Toh bapak tidak bisa dicegah,” tambah Ima Henianti, putri Gatot, yang juga terlihat sembab kedua matanya.
Rencananya, setelah dari Surabaya dan bertemu Gubernur Jatim, keduanya akan melanjutkan perjalanan melalui pantura menuju Jakarta. Setelah itu ke Sumatera, dan menyeberang ke daratan Asia melalui Malaysia.
Tidak banyak bekal yang mereka bawa. Hanya baju, uang sekadarnya, dan surat jalan. Sepeda dan becak mereKa dihias bendera merah putih.
Keduanya yakin, mereka bisa bertahan meski tanpa bekal memadai karena perjalanan mereka semata karena Allah SWT. “Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar,” teriak kerabat Khoiron dan Gatot, saat melepas keduanya mulai mengayuh pedal menuju Kota Suci.
Kabag Humas Pemkot Malang, Drs Subkhan, mengatakan, keduanya datang ke Balai Kota ingin menghadap dan berpamitan dengan Walikota Malang, Drs Peni Suparto MAP. Namun, mereka tak bisa ketemu Walikota karena ada urusan dinas lain yang lebih penting. Mereka akhirnya diterima Asisten III Sekkota, Drs Imam Buchori.
Menurut Subkhan, keduanya selain diberi surat keterangan dukungan, juga diberi bekal uang saku. Berapa besar bekal yang diberikan Pemkot, Subkhan tak bersedia mengungkapkan.
”Kami menyambut positif niat baik mereka. Adapun segala hal berkaitan dengan aktivitasnya, merupakan tanggung jawab pribadi mereka,” kata Subkhan.
Apakah mereka tak akan mengalami kesulitan saat masuk Arab Saudi pada musim haji nanti karena biasanya ada kuota calon jemaah haji (CJH), Subkhan menyatakan Pemkot telah menyarankan mereka untuk berkoordinasi dan minta arahan dari instansi terkait, seperti Imigrasi dan Depag. [sur/hidayatullah.com]