Hidayatullah.com–Tekanan terhadap perekonomian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diperkirakan akan terus terjadi pada 2009, seiring dengan penurunan produksi migas dan berakhirnya rekonstruksi serta adanya krisis global.
Menurut peneliti ekonomi Bank Dunia Harry Masyrafah di Banda Aceh Rabu (29/7), tekanan itu masih terus terjadi dan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Hal itu disampaikan Harry terkait peluncuran laporan Bank Dunia tentang diagnosis pertumbuhan ekonomi Aceh dan tantangannya.
Beberapa kegiatan rekonstruksi pascatsunami masih berlangsung, tetapi pekerjaan besar rekonstruksi sudah berakhir, sehingga pertumbuhan sektor perdagangan dan pembangunan terus menurun.
Ekspor komoditi seperti kopi dan kelapa sawit yang sangat tergantung pada permintaan global, diperkirakan juga akan menurun, sebagaimana resesi yang terjadi pada 2009 di beberapa negara berkembang.
Peneliti muda dari Bank Indonesia, Eko Hermonsyah mengatakan, inflasi terus menurun sejalan dengan menurunnya permintaan lokal dan global terhadap sejumlah komoditi.
“Inflasi masih di bawah dua digit, hanya pada waktu tertentu saja seperti menjelang puasa Ramadhan dan lebaran mungkin akan lebih tinggi,” kata Eko.
Sektor pertanian tidak mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan seperti sebelumnya dan tidak berhasil menjadi mesin pertumbuhan ekonomi alternatif setelah usaha rekonstruksi.
Dikatakan, konsumsi domestik menjadi penggerak ekonomi, dan konsumsi swasta terus meningkat, meskipun melambat seperti terjadi sepanjang 2008. [was/hidayatullah.com]
m.serambinews.com/news/ekonomi-aceh-melambat-lagi foto:16 may 2009, 10:42