Hidayatullah.com—Seiring dengan diusulkannya pengetatan kepemilikan senjata api oleh pemerintahan Presiden Barrack Obama, warga Amerika Serikat justru berbondong-bondong membeli senjata api.
Dilansir Xinhua (16/1/2013), Donnel Dover, seorang manajer toko senjata api kewalahan melayani pembeli yang berkunjung ke tokonya Blue Ridge Arsenal di kawasan Chantilly, Virginia.
Menurut Dover, bisnis semakin ramai sekalipun pada hari kerja. Para pengunjung melihat-lihat berbagai jenis senjata yang digantung di dinding, serta yang tersimpan di etalase toko.
Menyusul terjadinya penembakan massal di sebuah sekolah di Newton, Connecticut, dan beberapa penembakan lain, serta rencana pemerintah untuk memperketat kepemilikan senjata, secara nasional bisnis senjata api di Amerika Serikat justru semakin ramai. Senjata jenis AR-15, yang dipakai pelaku penembakan di Newton, bahkan menjadi senjata paling laris terjual. (Baca berita sebelumnya; Lagi, Kebrutalan Pemuda Amerika Tewaskan Puluhan Orang).
Menurut Dover, perdebatan mengenai pengetatan kontrol senjata api justru mendorong orang berbondong-bondong membeli senjata. Pembeli, kata Dover, ingin segera memiliki senjata api sekarang sebelum nantinya akan dipersulit jika peraturan baru dikeluarkan.
Di Amerika Serikat, penjual senjata harus memeriksa terlebih dahulu latar belakang kriminal calon pembeli lewat database kepolisian. Pada bulan Desember 2012, akses data itu mencapai 2,2 juta atau naik hampir 59 persen dari periode yang sama di tahun 2011, menurut persatuan pedagang senjata National Shooting Sports Foundation.
Jurubicara Kepolisian Negara Bagian Virginia Corinne N. Geller mengatakan, pengecekan latar belakang kriminal di negara bagiannya mengalami kenaikan 79 persen pada Desember 2012, dibanding periode yang sama tahun 2011. Pengecekan data itu semakin meningkat setelah terjadi insiden penembakan di Newton, di mana akses data perhari bisa mencapai 5.000. Padahal sebelumnya rata-rata pengecekan data kriminal hanya 2.000 akses.
Pada hari Rabu (15/1/2013), Presiden Barack Obama mengungkap proposal kebijakan pengetatan kepemilikan senjata api, di mana di dalamnya antara lain diatur mengenai penutupan celah dalam proses pengecekan latar belakang kriminal, pelarangan penjualan senjata serbu militer dan pembatasan isi peluru dalam satu magasin maksimal 10 butir. Obama juga menandatangani 23 surat perintah lainnya.
Pro dan kontra kebijakan pengetatan kepemilikan senjata api hingga kini menjadi perdebatan baik di kalangan masyarakat maupun pejabat AS.
Pihak yang menolak pembatasan berpendapat, kontrol ketat atas kepemilikan senjata api tidak akan mengurangi angka kejahatan bersenjata, sebab pelaku bisa memakai banyak jenis senjata lain. Sedangkan kelompok yang mendukung kebijakan itu mengatakan, setidaknya angka kematian akibat kejahatan bersenjata bisa dikurangi, terutama yang menggunakan senjata api.*