Hidayatullah.com–Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar menggelar tasyakur milad ke-59 di Aula Masjid Al-Azhar, Jakarta, baru-baru ini. Bendahara YPI Al-Azhar dr. H Soewarsono Sarjadi SPOG mengatakan yayasan menggelar acara syukuran atau tasyakur atas perkembangan selama ini sejak berdiri pada 7 April 1952.
“Masjid yang kami dirikan ini tidak sekadar tempat ibadah dan dakwah tetapi telah mencakup seluruh kebutuhan umat termasuk pendidikan dan bidang usaha lain,” katanya.
Dalam kesempatan itu, YPI Al-Azhar juga meluncurkan BMT (Baitul Mal wat Tamwil), dakwah elektronik, dan Al-Azhar Memorial Garden atau tempat pemakaman sesuai syariah untuk umum.
Kegiatan tersebut melengkapi apa yang telah dimiliki Al-Azhar seperti lembaga amil zakat sejak 2005, PT Berkah Gemilang yang berusaha pada bidang agrobisnis, properti, dan perdagangan umum sejak 2009, lembaga wakaf sejak 2011, wakala dirham-dinar, biro perjalanan umrah dan haji PT Al-Azhar Arfina, pemulasaran jenazah, dan kantor bantuan hukum.
Khusus mengenai sekolah Islam Al-Azhar, Soewarsono menyebutkan saat ini terdapat 103 sekolah dari jenjang pendidikan TK hingga SMA Islam Al-Azhar di berbagai penjuru Tanah Air dan sebuah Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) yang saat ini terus menapak maju menjadi perguruan tinggi pilihan yang berkampus di lingkungan Masjid Al-Azhar.
Mengenai kesan sebagian masyarakat bahwa sekolah di Al-Azhar lebih mahal, Soewarsono menegaskan kesan seperti itu tidak seluruhnya tepat karena 25 persen dari biaya sekolah kembali ke masing-masing siswa dalam bentuk paket pengajaran, pendidikan, dan kegiatan sekolah.
“Di Al-Azhar tidak ada pungutan lain. Selain itu dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta lain, apalagi yang bertaraf internasional, sekolah di Al-Azhar masih sangat terjangkau bagi masyarakat. Kami sangat memperhatikan kemuliaan akhlak dan moral, tidak hanya kepandaian,” katanya menegaskan.
Wakala Dirham
Dalam acara milad tersebut, selain diisi pentas kesenian siswa-siswi Al-Azhar dan bazaar, juga berlangsung pertemuan Wakala Dirham dan Dinar seluruh Nusantara.
“Kami menyosialisasikan penggunaan mata uang dinar dan dirham dalam perdagangan,” kata M Heriyadi dari Wakala Al Rasyid Jakarta.
Ia menyatakan, selain merupakan bentuk dari tanggung jawab dalam menjalankan syariah sesuai ajaran al-Quran, penggunaan dirham dan dinar sangat terjaga nilainya karena dirham terbuat dari perak sedangkan dinar dari emas.
Heriyadi menyebutkan satu dinar saat ini senilai sekitar satu juta rupiah karena terbuat dari emas 22 karat sedangkan satu dirham senilai Rp 57 ribu.
Ia mengatakan penggunaan dirham dan dinar di Indonesia cukup luas dan biasanya dipergunakan untuk membayar zakat, sarana lindung nilai, tabungan haji, tabungan pendidikan, sedekah, wakaf, mas kawin dan alat transaksi muamalah suka rela.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, publik terbiasa menggunakan dirham dan dinar, untuk membeli sembako dan keperluan lain,” katanya.
Heriyadi mencontohkan untuk keperluan umrah, saat ini hanya membutuhkan tujuh dinar, padahal tahun lalu 9 dinar, dan dua tahun lalu masih 12 dinas, sedangkan nilai satu dirham pada bulan lalu masih Rp47 ribu tetapi saat ini telah meningkat nilainya.
Pada acara itu juga dibuka penjualan dirham dan dinar kepada masyarakat. Ia mengajak umat untuk memanfaatkan mata uang dirham dan dinar meskipun untuk penggunaan di Indonesia hingga kini belum mendapat pengakuan resmi dari pemerintah sebagai alat pembayaran.*