BULAN Septermber 2012 lalu, negeri ini kedatangan seorang ulama Salafi, Ahlus Sunnah asal Yordania, Syeikh Ali Hasan bin Abdul Hamid al-Halaby. Seorang murid dari ahli hadits, Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
Syeikh Ali Hasan lahir di Zarqa’, Yordania 29 Jumadil Tsani 1380 H (1960 M) dari keluarga imigran asal Jaffa, Palestina yang hijrah ke Yordania pada 1948 H. Keluarga beliau juga dinisbatkan dengan kota Halab atau dikenal dengan nama Aleppo, Suriah.
Selain pada Syeikh al-Albani, beliau juga menimba ilmu dari ulama lain semisal, Syeikh Abdulwadud az-Zarari (pakar bahasa Arab), Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Muhammad As Salik Asa Syinqithi, dan ulama-ulama lainnya.
Syeikh Ali Hasan juga dikenal sebagai penulis dan peneliti yang produktif. Karya beliau antara lain, Ilmu Ushul al-Bida’, Dirasat Ilmiyyah fî Shahih Muslim, Ru’yah Waqi’iyyah fî al-Manhaj ad-Da’awiyyah, An-Nukat ‘ala Nuz-hah an-Nazhor, Ahkam asy-Syita` fî as-Sunnah al-Muthahharoh, Ad-Da’wah ila Allah baina at-Tajammu’ al-Hizbi wa at-Ta’awun asy-Syar’i, dan lainnya.
Di sela waktunya yang padat, beliau menyempatkan diri diwawancarai hidayatullah.com, Surya Fachrizal Ginting. Usai menyantap sarapan pagi sebelum mengisi tabligh akbar di Masjid Istiqlal, Jakarta (16 September 2012) beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lugas dan ramah. Berikut petikan wawancara lengkapnya.
Bagaimana pandangan Anda terhadap revolusi yang terjadi di negara-negara Arab belakangan ini.
Sebenarnya saya telah menulis hal itu dalam kitab saya Da’wah Salafiyah al-Hadiyah, Wa Mauqifuha Bainal Fitan al-‘Ashriyah al-Jariyah. Kitab itu membahas dengan lengkap masalah ini (revolusi, pemberontakan, dan huru-hara, red).
Tapi saya akan memberikan jawaban-jawaban singkat akal hal ini. Saya katakan, kami menolak revolusi dan menolak keluar dari ketaatan terhadap pemimpin yang masih muslim. Bersamaan dengan itu saya juga tidak setuju dengan negara-negara (yang mayoritas berpenduduk Islam) yang tidak menerapkan hukum Allah dan (penguasanya) melakukan perusakan.
Karena itu, kami tidak menginginkan berbagai kekerasan terjadi di negeri-negeri lain yang (saat ini) selamat dari hal itu.
Bagaimana dengan yang terjadi di Suriah?
Saya tidak mengatakan hal itu berlaku untuk yang terjadi di Suriah. Apa yang terjadi di Suriah berbeda dengan yang terjadi di tempat lain. Alasan pertama, pemerintah Suriah itu kafir. Dan yang kedua, yang terjadi di Suriah adalah pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang Islam.
Pasca revolusi yang menjatuhkan rezim Muammar Qaddafy di Libya, Salafi setempat diberitakan telah melakukan penghancuran kubur-kubur yang dianggap keramat di sana, apakah hal tersebut dibenarkan oleh syariat?
Saya mendengar kabar itu, saya membacanya di suratkabar, tapi saya tidak menyaksikan sendiri. Dan, seperti yang terjadi di Libya saat ini, misalnya, hal itu sangat mungkin terjadi. Mungkin itu memang terjadi, sangat mungkin.
Atau mungkin juga dilakukan oleh orang lain, lebih-lebih atas nama Salafi. Karena pada saat sekarang fitnah sangat besar.
Sebenarnya sikap kami sama dengan orang-orang yang dikabarkan menghancurkan kuburan-kuburan keramat (yang disembah manusia) itu. Kami telah menjelaskan bagaimana sikap yang sesuai syariat untuk membantah mereka yang mengkultuskan dan mengkramatkan kuburan kramat yang di sana banyak dilakukan berbagai macam kesyirikan. Dan, semua itu menyelisihi tauhid. (Tentang masalah ini lihat Fat-hul Majiid Syarh Kitaab at-Tauhiid, bab Larangan keras bagi orang yang beribadah kepada Allah di kuburan orang-orang shaleh. Lantas, bagaimana kalau manusia justru menyembahnya ?!–Ed.).
Tetapi, sikap yang syar’i dalam menghancurkan kubur-kubur keramat itu tidak boleh dilakukan secara pribadi tanpa izin Ulil Amri, (pemerintah). Karena hal itu akan menimbulkan fitnah dan kerusakan.
Salafi di Mesir telah membuat partai politik dan ikut dalam pemilu, sedangkan Salafi di tempat lain menentangnya. Bagaimana pendapat Anda?
Kami telah menulis (buku) tentang masalah ini. Kita tidak membolehkan membuat partai politik, baik itu di Mesir ataupun di luar Mesir. (Karena) partai politik hanya akan memecah-belah umat saja.
Dan, apa yang dilakukan oleh sebagian Salafiyin di Mesir (dengan membentuk partai politik), kami menyatakan perbuatan mereka adalah salah. Dan kami tidak menyetujui tindakan mereka.
Dan, saya yakin mereka akan kembali kepada perkara yang seharusnya.Karena apa yang mereka lakukan itu lebih banyak kerusakannya dari pada manfaatnya, karena mereka telah menyelisihi syariat yang seharusnya.
Di Indonesia baru-baru ini mencuat kasus konflik Syiah di Sampang, apa pendapat Anda?
Apakah Syiah ingin melakukan revolusi di negeri ini? Jika kita tidak membenarkan hal itu dilakukan oleh Ahlus Sunnah, bagaimana juga kita akan membenarkan hal itu dilakukan oleh Syi’ah. Maka wajib menghentikan hubungan dengan mereka dan membantah mereka.
Dalam acara tabligh akbar di Istiqlal, Syeikh Ali bicara cukup tegas tentang masalah Syiah yang tidak beliau utarakan saat wawancara. Berikut kutipannya: “Fitnah Syiah fitnah yang sangat berbahaya terhadap negeri, juga terhadap negeri (Indonesia) ini. Saat ini, mereka menganggap zaman ini sebagai zaman mereka. Tadinya mereka bersembunyi, kini mereka menunjukkan taring-taringnya.
Bahaya yang ditimbulkan oleh Syi’ah terhadap Islam sangat besar. Mereka berusaha melakukan pemberontakan dan huru-hara di mana-mana. Tapi kita tidak ingin membalas kerusakan dengan kerusakan. Bagi kita, kesesatan mereka telah jelas.
Cukuplah perkataan pembesar Syi’ah, Ni’matullah al-Jazairi dalam kitabnya al-Anwarul an-Nu’maniyah: … adapun khalifah Abubakar, dan Nabi (Muhammad, red) yang khalifahnya (penggantinya) Abubakar, maka ia bukan khalifah kami (Syi’ah), bukan pula nabinya nabi kami, dan bukan pula Tuhannya, tuhan kami.
Jika demikian, mereka adalah Majusi walau mereka menganggap diri mereka pecinta Ahlul Bait. Padahal kita sangat mencintai Ahlul Bait, dan kedudukan Ahlul Bait sangat tinggi di hati-hati kita.
Tapi cinta kita kepada Ahlul Bait adalah cinta yang murni, sedang cinta mereka kepada Ahlul Bait adalah tameng untuk menutupi kesesatan mereka.
Maka, waspadalah terhadap bahaya Syi’ah. Karena mereka sangat berbahaya untuk umat dan negara. Kalau mereka punya kesempatan, mereka pasti memberontak. Hal itu telah terjadi di Libanon, di Iraq, bahkan yang lebih dahulu dari tu adalah yang terjadi di Teheran, Iran (yang terkenal dengan Revolusi Iran).
Di Iran, dikabarkan tidak ada satu pun masjid Ahlus Sunnah. (Bahkan, Anda bisa saksikan apa yang terjadi di Suriah, bagaimana Syi’ah menyembelih dan membunuh laki-laki, para wanita, dan anak-anak Ahlus Sunnah. Allaahul Musta’aan.–Ed.)
Anda sudah beberapa kali ke Indonesia, bagaimana kesan Anda akan kaum Muslimin Indonesia?
Kaum muslimin Indonesia akhlak mereka baik sekali, agama mereka baik, mereka juga siap menerima kebenaran. Tetapi kebodohan (dalam masalah agama) masih banyak. Karenanya dibutuhkan kesabaran, perlu mujahadah dan kesungguhan para dai untuk mengajak mereka, dan mengangkat kebodohan yang ada para mereka, (yang) itu menjadi kebaikan untuk mereka dan negeri ini.
Apa nasehat Syeikh al-Albani yang masih Anda ingat?
Syeikh al-Albani membangun dakwah ini atas dua perkara: yang pertama akidah dan tauhid. Dan yang kedua, ilmu syar’i. Dengan akidah dan tauhid akan menyelamatkan manusia di sisi Allah dan akan membuatnya bahagia di dunia.
Dengan ilmu syar’i, maka Allah akan memberi taufik hamba-Nya kepada Sunnah, dan kepada pemahaman (agama) yang benar, kepada kehidupan yang nyaman, dalam naungan Al-Qur`an dan As-Sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wassallaam.
Ini adalah kehidupan Syeikh al-Albani seluruhnya. Yang disimpulkan olehnya dalam konsep tashfiyah (pemurnian akidah dan pemahaman agama) dan tarbiyah (pendidikan di atas ajaran Islam yang benar/murni).*