Hidayatullah.com–Selama ini ada sekelompok yang menyuarakan penyetaraan dan penyatuan secara salah. Di satu sisi ada pula usaha mengkampanyekan pentingnya persatuan antara Islam dan agama-agama lain, atau kompromi antara Islam dan aliran-aliran di luar akidah Islam. Kadangkala masalah ini memicu perdebatan hingga titik penghabisan. Bahkan menjadi penyebab perselisihan antar madzhab fikih yang mestinya tidak menjadikan umat Islam terpecah-pecah.
Kenapa terjadi fenomena seperti itu? Jawabannya, karena mereka tidak memahami fikih ikhtilaf (fikih perbedaan) dan fikih Aulawiyyat (keutamaan dalm bidang fatwa). Umat Islam perlu memahami kaidah-kaidah, adab dan aturan dalam menyikapi perbedaan fikih ini.
Inilah yang sedang direspon Markaz al-‘Alamiy Li Al-Wasathiyyah Kuwait. Markaz ini khusus mengembangkan pemahaman Islam Wasathiyyah. Islam Wasathiyyah di sini bukan “Islam Moderat” yang dipahami Barat. Moderat maksudnya, toleran dalam menyikapi ijtihad fikih Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Bukan moderat dalam haq dan bathil. Sebab antara haq dan bathil tidak ada kemoderatan.
Dalam rangka menyampaikan pemahaman yang benar tentang kemoderatan Sunni dan keprihatinan terhadap kesalahan dalam konsep penyetaraan dan persatuan itu, Markaz al-‘Alamiy Li Al-Wasathiyyah Kuwait mengundang peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor untuk mengikuti daruh tadribiyyah dan pelatihan calon da’i selama sepekan di Kuwait.
Secara kebetulan di Kuwait juga memiliki program pendidikan calon ulama. Kegiatan ini di bawah naungan Kementrian Wakaf Kuwait.
Daurah ini diadakan selama satu pekan mulai 24 sampai 29 Mei 2011. Peserta PKU ISID yang diundang mengikuti daurah ada 13 peserta, utusan dari berbagai pesantren di Indonesia.
Para peserta ini didampingi dosen pembimbing yaitu, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil – Direktur Program PKU ISID dan Dr. Dihyatun Masqon, MA dosen senior ISID.
Para peserta daurah PKU ISID Gontor ini merupakan satu-satunya dan yang pertama kali dari Indonesia yang diundang Kuwait untuk mengikuti daurah.
Para peserta mendapat materi Fikih Kontemporer dan Kepemimpinan. Di antara materi yang akan dipelajari adalah, seperti; Fikih Ikhtilaf, Fikih Uluwiyyat, Maharat al-Qaaid al-Tarbawiy, Fikih Amar Ma’ruf bil Ma’ruf, Fikih Maqashid wa Dakwah, Ta’addudul Madzahib, dan Manhaj al-Islami fi al-Idarah.
Dalam sambutannya, Dr. Ja’far al-Haddad, Direktur Markaz al-Wasithiyyah Kuwait, mengatakan, kaum Muslimin ke depan membutuhkan pemimpin-pemimpin Islam yang tangguh dan memiliki skill (kemampuan).
Oleh sebab itu, daurah ini merupakan strategi untuk mencetak kader-kader da’i yang memiliki skill yang dibutuhkan dalam berdakwah. Dan yang penting lagi, mengelola perbedaan ijtihad fiqhiyyah. Pengelolaan yang baik akan memperkuat dakwah Islam.
Dr. Hamid Fahmy, mengharapkan daurah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh peserta PKU dan ke depan selanjutnya ada kerjasama dalam bidang studi keislaman yang baik. Menurut Dr. Hamid kita bisa tukar informasi tentang tantangan keislaman. */Laporan Kholili Hasib dan Daden Rabi Rahman dari Kuwait