Hidayatullah.com—Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan menggelar Konferensi Internasional tentang Syiah pada Kamis, 21 Februari 2013 di Yogyakarta. Tema yang diangkat adalah “Historitical and Cultural Presence of Shias in Shouteast Asia: Looking at Future Trajectories”.
Steering Committee konferensi, Dicky Sofijan, P.Hd menjelaskan, konferensi tersebut digelar untuk meningkatkan pengetahuan umat Islam tentang sejarah perkembangan Syiah di Asia Tenggara, agar kesalahpahaman terhadap ajaran ini dapat terkurangi.
“Melalui konferensi ini, ICRS bekerjasama dengan Kedutaan Besar Iran di Indonesia juga akan menganalisis akar persoalan konflik antara Syiah dengan muslim selainnya di Asia Tenggara,” ungkap Dicky kepada hidayatullah.com Selasa (19/02/2013).
Dicky mengakui, persoalan Syiah selama ini banyak menimbulkan konflik di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, konflik itu meluas hingga ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Myanmar.
Menurutnya, ICRS UGM mencoba membedah ini dalam kapasitasnya sebagai peneliti dan penyebar keilmuan kepada masyarakat. Sebab dalam perspektif Dicky, Syiah harus dilihat dari akarnya secara historis dan cultural.
Menanggapi rencana ICRS UGM ini, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) meminta panitia konferensi untuk menyediakan debat terbuka antara MMI dengan Syiah. Sebab menurutnya, Syiah tidak lagi dapat diajak dialog, namun pembuktian kesesatannya harus dilakukan secara ilmiah.
“Dalam konferensi internasional itu saya percaya umat Islam akan digiring pada pemahaman Syiah yang menghujat sahabat Nabi, dan menuntutnya untuk toleran terhadap paham sesat tersebut,” tegas Irfan.
Karena berpotensi disebut sebagai aliran sesat itu pula menurut Irfan menjadikan Syiah sangat getol menuntut pencabutan Undang-Undang tentang aliran sesat yang masih berlaku di Indonesia hingga saat ini.
Dalam pandangan Irfan, apapun yang dilakukan oleh Syiah tidak akan membawa dampak positif bagi Islam dan umat Islam. Sebaliknya, sejak revolusi Syiah pada 1979 justru perang dan fitnah yang terjadi di tengah umat Islam.
Konferensi Internasional yang akan dihadiri 250 peserta dari berbagai kalangan ini rencananya menampilkan narasumber nasional dan internasional, antara lain Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Asyumardi Azra, Mantan Ketua MPR, Prof. Dr. Amien Rais, Akademisi Chulalongkorn University, Dr. Julispong, dan Dr. Rabitah Mohamad Ghazali dari Universiti Kebangsaan Malaysia.*/Dakum dan Jidi