Hidayatullah.com—Abdelaziz Bouteflika akan mencalonkan diri sebagai presiden Aljazair untuk periode keempat, kata Front Pembebasan Nasional (FLN) partai tempat presiden Aljazair yang sakit-sakitan itu bernaung, Sabtu (26/10/2013), dilansir Al-Arabiya.
Politisi berusia 76 tahun itu akan maju lagi dalam pemilihan umum presiden, meskipun pada bulan April 2012 secara terbuka dia mengatakan era politisi seangkatannya sudah berakhir. Dia merujuk pada tokoh-tokoh di era awal kemerdekaan, yang menduduki puncak kepemimpinan Aljazair sejak tahun 1960an.
Belakangan ini, Bouteflika telah mengambil serangkaian tindakan, yang dipandang sebagian kalangan merupakan upaya memuluskan jalannya agar kembali berkuasa.
Salah satu tindakan tersebut yaitu menggoyang Departemen Intelijen dan Keamanan (DRS), sebuah organ pemerintah yang diduga menjalankan negara itu dari balik layar.
Amar Saidani ketua FLN kepada Reuters mengatakan, Bouteflika bertekad untuk menciptakan “negara sipil” dan mengurangi pengaruh DRS dalam bidang politik.
“DRS akan tetap melanjutkan perannya, tetapi tidak lagi terlibat dalam politik, termasuk di dalam partai-partai politik, media dan bidang hukum,” kata Saidani di markas FLN di distrik Hydra ibukota Aljir.
Perubahan politik di Aljazair dipantau ketat oleh Eropa dan Amerika Serikat. Pasalnya, Aljazair merupakan negara utama pemasok gas ke Eropa dan Amerika, serta menjadi teman baik dalam program pemberantasan teroris.
Bouteflika naik ke kursi presiden tahun 1999, kemudian terpilih kembali di tahun 2004 dan 2009. Perubahan dalam konstitusi negara merupakan kunci ia dapat mencalonkan diri sebagai presiden lebih dari 2 periode berturut-turut.
Bouteflika belum lama ini berada di Paris untuk menjalani perawatan kesehatan, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan fisiknya dalam memimpin dan menjalankan pemerintahan negara Aljazair.*