Hidayatullah.com– Ribuan orang kelompok anti-Islam PEGIDA di Eropa menggelar demo besar-besaran menentang kedatangan imigran asal Timur Tengah dan Afrika. Kebanyakan aksi ini berakhir bentrok dengan polisi atau kelompok tandingan.
Diberitakan Reuters, PEGIDA yang artinya Warga Eropa Patriot Menentang Islamisasi di Barat memulai aksi di kota Dresden di Jerman. Aksi ini telah mereka lakukan sejak tahun 2014, dengan dalih menentang Islamisasi di Jerman.
Demo pada Sabtu (06/02/2016) digelar untuk menentang penerimaan 1,1 juta imigran yang tiba di Jerman selama 2015.
Aksi tersebut juga disulut oleh pelecehan wanita di Cologne pada Malam Tahun Baru yang diduga dilakukan imigran. PEGIDA mengatakan, kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel soal imigran telah gagal.
“Kita harus berhasil menjaga dan mengendalikan perbatasan luar dan dalam Eropa,” kata seorang anggota PEGIDA, Siegfried Daebritz dalam orasinya di tepi Sungai Elbe, Dresden, sembari meneriakkan “Merkel harus turun!” dikutip CNN Indonesia hari Ahad (07/02/2016).
Polisi menolak menginformasikan jumlah demonstran di Dresden. Namun media Jerman memperkirakan demonstran berjumlah 8.000 orang, jauh di bawah perkiraan awal polisi yaitu 15 ribu orang.
Aksi tandingan yang diikuti ratusan orang juga digelar di Dresden. Mereka mengatakan bahwa PEGIDA adalah kelompok Neo Nazi yang anti solidaritas.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri Jerman, di kuartal akhir 2015 ada 208 aksi anti-imigran di negara itu, naik dari 95 dibanding tahun lalu.
Aksi serupa juga Sabtu waktu setempat di beberapa kota di Eropa, seperti Amsterdam, Praha dan Birmingham serta Irlandia.
Di Calais, utara Perancis, puluhan orang ditahan dalam aksi anti-imigran. Demonstrasi ini tidak mendapatkan izin sehingga dibubarkan polisi.
Calais merupakan tempat berkemah ribuan pengungsi yang lari dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah. Dari Calais, pengungsi berharap bisa menuju Inggris melalui English Channel.
Di Praha, Ceko, diperkirakan 2.200 orang dari PEGIDA dan penentangnya gelar aksi. Sempat terjadi kericuhan saat massa PEGIDA melempari rombongan pendukung imigran dengan batu dan botol.
Sekitar 20 pria bertopeng menyerang pusat donasi pengungsi dengan bom Molotov, memaksa evakuasi dan membuat seorang terluka akibat pecahan kaca.
Aksi serupa di Warsawa, Polandia, digawangi oleh kelompok sayap kanan ekstrem Ruch Narodowy atau Gerakan Nasional.
“Kami berdemo menentang Islamisasi Eropa, kami berdemo menentang imigrasi, melawan invasi,” kata pemimpin kelompok itu, Robert Winnicki.
Di Dublin, kelompok PEGIDA cabang Irlandia terlibat bentrok dengan massa anti-diskriminasi. Dalam sebuah video yang dirilis The Telegraph, kelompok penentang PEGIDA mengejar para anggota organisasi sayap-kanan radikal itu.
Para pendemo di Dublin menyebut massa PEGIDA sebagai “bajingan fasis” dan “bajingan fasis”.*