Hidayatullah.com– Pada 2013 lalu, Masjid Amir Hamzah di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, dirobohkan. Masjid tersebut dijanjikan oleh Pemprov DKI akan dibangun kembali pada 2014.
Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pembangunannya. Demi menyuarakan kembali aspirasi pembangunan itu, manajemen Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) memfasilitasi nonton bareng (nobar) film.
Nobar tersebut digelar di Teater XXI TIM, Jakarta, Ahad, 28 Rabiuts Tsani 1437 (07/02/2016) pagi. Beberapa waktu sebelum nobar, dilakukan pengumpulan minimal 2000 potongan tiket Film KMGP dari para penonton di berbagai bioskop.
Aktivis Mahasiswa-Mahasiswi Masjid Amir Hamzah (Mimazah), Hikmat Usman, mengatakan, pengumpulan itu merupakan tantangan dari manajemen KMGP kepada siapa saja. Menerima tantangan itu, ia pun berhasil mengumpulkan 2 ribu lebih tiket.
Setelah pengumpulan itu, pihak manajemen Film KMGP lantas memfasilitasi nobar serta gerakan sosial lainnya.
“Ini bukan menjual tiket, tapi mengumpulkan potongan tiket yang sudah dibeli oleh penonton,” ujar Hikmat saat ditemui hidayatullah.com dan wartawan lain di sela-sela nobar.
Di lokasi bekas bangunan Masjid Amir Hamzah, saat ini berdiri salah satu bangunan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Masjid tersebut sementara menempati lahan parkir bawah tanah (basement) TIM.
Menurut Sutradara Film KMGP, Firman Syah, yang juga alumni IKJ, ada alasan kuat pihaknya turut mendukung pembangunan masjid tersebut.
“Kami pembuat film ini rata-rata itu lahir dari Masjid Amir Hamzah yang sudah dibongkar,” ujarnya kepada media ini usai shalat Zhuhur bersama sejumlah tim KMGP dan para penonton di basement tersebut.
Film KMGP diangkat dari novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa (HTR). Alumni IKJ ini mengatakan, ia merasa sangat sedih saat dirobohkannya masjid tersebut beberapa tahun lalu.
Menurut HTR, tak masalah jika memang masjid itu tidak ada sebelumnya di TIM. “Persoalannya, tadinya masjid itu ada, dan itu diresmikan oleh Gubernur DKI (periode 1966-1977. Red) Ali Sadikin,” ujarnya.
Usai nobar, Hikmat, Firman, dan HTR –ketiganya alumni IKJ yang juga seniman peduli masjid– tampil ke depan layar teater. Mereka menjelaskan kepada para penonton mengenai persoalan Masjid Amir Hamzah. Tampak bangku bioskop penuh sesak.
Ketiganya berharap, dengan nobar itu, masyarakat bisa mengkampanyekan aspirasi pembangunan kembali masjid tersebut. Diharapkan pula, Pemprov DKI tidak menutup mata mengenai persoalan ini.
“Mari kita ingatkan kembali (pemerintah) bahwa Masjid Amir Hamzah sudah melahirkan sejarah. Bahwa banyak pelaku seni tumbuh dari masjid ini,” ungkap HTR.
Ahad itu, pihak pengelola TIM tidak bisa ditemui di kantornya. “Lagi libur,” ujar sejumlah satpam penjaga kepada hidayatullah.com.*