Hidayatullah.com– American Psychiatric Association (APA) mengeluarkan homoseksual dari daftar penyakit karena unsur politis dan dominasi. APA merupakan organisasi psikiater terbesar di dunia.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Seksi Religi, Spiritualitas dan Psikiatri (RSP) PDSKJI, Dr Fidiansjah SpKJ, membenarkan hal itu.
“Benar, itu diakui,” kata Dr Fidiansjah saat ditemui hidayatullah.com di kediamannya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (11/02/2016) malam.
Menurutnya, wajar jika APA mengeluarkan homoseksual dari daftar penyakit. Sebab, 5 dari 7 orang tim APA task force DSM merupakan pelaku homoseksual, 2 lainnya aktivis LGBT.
Makanya, kata dia, dalam dinamika di kalangan ilmuwan pun, karena pelaku homoseksual mendominasi, sehingga bisa menghasilkan kesepakatan yang berupa terminologi tersebut.
“Ibaratnya kalau diambil kuorum, mereka yang menang, hanya karena mereka yang mendominasi,” jelas Fidiansjah. [Baca: Lima Dari Tujuh Orang Tim Pembuat DSM Adalah Homo dan Lesbian]
“Kita tidak bisa menghindari peranan dampak politis dan kekuasaan (di APA. Red),” lanjutnya.
Menurut mantan Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Magelang ini, tak semua psikiater di dunia menyetujui APA dalam hal ini.
Di kalangan psikiater Amerika pun, ungkapnya mencontohkan, ternyata banyak yang tidak sepakat dengan pengeluaran homoseksual dari daftar penyakit.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 1973, APA telah mengeluarkan homoseksual dari daftar penyakit.
Hal itu tertuang dalam DSM-III (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases). Dalih ini yang selalu dijadikan rujukan bagi kaum pro-LGBT.
DSM merupakan ‘kitab’ yang berisikan kriteria gangguan mental. Sedangkan ICD suatu sistem klasifikasi penyakit dan beragam jenis tanda, simptoma, kelainan, komplain dan penyebab eksternal penyakit.*