Sambungan artikel PERTAMA
Ketiga: Giat dalam menuntut ilmu
وإذ قال موسى لفتاه لا أبرح حتى أبلغ مجمع البحرين أو أمضي حقبا
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada pembantunya: Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun. “(QS. Al-Kahfi [18]: 60).
Ayat selanjutnya menceritakan: “Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”
Hingga akhirnya ia bertemu dengan Khidir, inilah yang dimaksud dalam ayat tersebut.
Kegigihan Musa untuk bertemu dengan orang yang berilmu hingga rela melakukan perjalanan jauh patut menjadi karakter pemuda Muslim.
Ilmu merupakan cahaya dan kebutuhan yang tak bisa diabaikan meski harus bersusah payah mendapatkannya.
Dengan ilmu, seorang pemuda bisa berinovasi dan membawa kemajuan bagi diri dan lingkungannya.
Ilmu yang bermanfaat bisa menjadi problem solver dalam mengurai dan menuntaskan setiap persoalan manusia.
Imam Ahmad berkata: Sesungguhnya kebutuhan manusia terhadap ilmu melebihi kebutuhannya pada makanan dan minuman.
Makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu diperlukan dalam setiap tarikan nafas seseorang.
Keempat: Memerangi kebathilan
فجعلهم جذاذا إلا كبيرا لهم لعلهم إليه يرجعون ، قالوا من فعل هذا بآلهتنا إنه لمن الظالمين ، قالوا سمعنا فتى يذكرهم يقال له إبراهيم
“Maka dia (Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya); agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
Mereka berkata Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh dia termasuk orang yang zalim.
Mereka yang lain berkata: Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 58-60).
Ibrahim muda dengan sifat heroiknya mampu melakukan perlawanan terhadap pembesar-pembesar kaumnya saat itu.
Dakwah dengan lisan saja menurutnya tak cukup, maka ia mengumpulkan keberaniannya untuk menghancurkan berhala-berhala yang selama ini menjadi sesembahan kaumnya.
Aksi tersebut telah membuat orang-orang di sekitarnya tercengang, bagaimana seorang pemuda bisa melakukan hal seperti ini.
Akhirnya kaumnya marah dan menghukum Ibrahim. Uniknya, Ibrahim ternyata tidak gentar dengan ancaman itu semua.
Profil Ibrahim yang memiliki sikap keberanian dalam menyampaikan kebenaran harus ditanamkan dalam diri setiap pemuda Muslim.
Hendaknya para pemuda berperan aktif dalam memperbaiki kerusakan yang terjadi di negeri ini.
Pemuda menjadi problem solver dan bukan sebaliknya, sebagai problem maker. Menjadi khalifah adalah amanah manusia di muka bumi.
Alhasil, saatnya para pemuda Muslim tandang ke gelanggang dan terjun langsung ke kancah dakwah secara riil.
Sebab amanah besar sebagai seorang khalifah dan abdullah hanya bisa ditunaikan dengan dakwah. Baik dakwah secara lisan (bil kalam), tulisan (bil qalam), ataupun dengan perilaku dan adab (bil hal dan bil adab).*/Arsyis Musyahadah, lulusan STIS Hidayatullah Balikpapan