SEORANG murid mengadu kepada gurunya. Dia tidak dapat tidur nyenyak pada malam hari, malam panjang yang telah membuatnya tidak nyaman. Dia bertanya kepada gurunya, apa gerangan yang menyebabkan dia tak bisa tidur?
Alih-alih menjawab pertanyaan muridnya, sang guru malah menasihatinya, “Wahai anakku, Allah memiliki anugerah pada waktu malam dan siang hari. Dia akan membenarkan hati yang tidak tertidur dan menyalahkan hati yang tertidur. Bentangkanlah dirimu untuk mendapatkan pemberian-pemberian tersebut.”
Mendengar hal itu, si murid menukas, “Wahai guru, engkau telah memberikan pelajaran untuk hidupku agar aku tidak dapat tidur pada malam hari dan siang hari semampuku.”
Hikmah apa yang dapat kita petik dari dialog tersebut? Dengan sangat bijak, sang guru menasihati untuk mengisi malam panjang muridnya dengan bermunajat dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Karena berbagai anugerah akan dibagikan kepada orang-orang pada kegelapan malam, melakukan shalat tahajud, bersimpuh di atas sajadah, bermuhasabah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencintai hamba-hamba-Nya yang mengerjakan shalat malam. Ingat, apabila Allah mencintai hamba-Nya, maka Dia akan memperhatikan apa yang diucapkan hamba-Nya, Dia akan memperhatikan hal-hal baik yang diucapkan hamba-Nya, Dia akan melihat tangannya ketika bersedekah, melihat kakinya ketika berjalan menuju kebaikan, dan ketika sang hamba memohon kepada-Nya, Dia akan mengabulkannya, Dia akan memberikan perlindungan-Nya. Itulah cinta sejati dari sang Kekasih kepada kekasih-Nya.
Al-Fudhail bin Iyadh suatu ketika memegang tangan Al-Husain bin Ziyad, lalu berkata, “Wahai Husain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia, kemudian berfirman, `Berdusta orang yang menganggap dirinya kekasih-Ku tetapi ketika malam telah gelap dia tidur meninggalkan-Ku. Bukankah setiap orang yang bercinta akan menyendiri dengan kekasihnya? Inilah Aku, muncul menemui kekasih-Ku apabila malam telah gelap. Besok Aku akan menyejukkan mata kekasih-Ku di surga.`”
Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam mengatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan tersenyum dan merasa senang kepada orang yang mengerjakan qiyamul lail. Diriwayatkan dari Abu Darda r.a., dia mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda, `Ada tiga macam kelompok manusia, Allah suka kepada mereka, tersenyum dan merasa senang terhadap mereka. Yaitu, orang yang ketika muncul sekelompok orang, ikut berperang dengan jiwanya di belakangnya karena Allah Azza wa Jalla. Mungkin saja dia terbunuh atau dimenangkan oleh Allah dan Dia mencegahnya dari pembunuhan. Allah berfirman, ‘Lihatlah hamba-Ku ini, betapa dia telah sabar dengan jiwanya karena Aku.’ Kedua, orang yang memiliki istri cantik atau memiliki tempat tidur yang lembut dan bagus, kemudian dia bangun untuk shalat malam. Allah berfirman, ‘Dia meninggalkan kesenangan dan mengingat-Ku. Andaikan berkehendak, dia akan tidur.” Ketiga, orang yang sedang bepergian, bersamanya orang-orang yang berkendaraan. Mereka terjaga kemudian tidur, tetapi dia (sendiri) bangun (untuk shalat) pada akhir malam, dalam keadaan susah dan senang.” (HR Thabrani).*/Asfa Davy Bya, termuat dalam bukunya Sebening Mata Hati. [Tulisan selanjutnya]