Dengan dukungan zakat membantu suku laut mengakses fasilitas dasar, dan meningkatkan ekonomi lokal
Oleh: Imam Nawawi
Hidayatullah.com | GERAKAN zakat terus menunjukkan dampak positif yang semakin nyata di tengah masyarakat, terutama di wilayah terpencil.
Berdasarkan kunjungan saya bersama BMH dan YBM BRILiaN ke Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, saya melihat langsung bagaimana zakat berperan penting dalam mendorong kemajuan komunitas suku laut di Selat Kongki.
Pentingnya zakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah didukung oleh teori sosial dan ekonomi. Zakat adalah salah satu instrumen ekonomi Islam yang memiliki potensi besar untuk redistribusi kekayaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
Hal ini sejalan dengan teori redistribusi yang mengatakan bahwa bantuan langsung ke masyarakat rentan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dalam jangka pendek dan memfasilitasi mobilitas ekonomi dalam jangka panjang.
Lebih jauh kita bisa lihat setidaknya dari tiga faktor utama yang benar-benar nyata dan menyala di sana.
Faktor pertama, konsistensi bantuan dalam mendorong kemajuan.
Pertumbuhan zakat di Indonesia dapat dilihat dari konsistensi lembaga amil zakat dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Di Selat Kongki, zakat telah membawa perubahan yang signifikan.
Ketika saya tiba di sana, terlihat bahwa anak-anak suku laut yang dahulu tidak mengenal Al-Quran kini sudah terlatih membacanya.
Ini menunjukkan bahwa zakat tidak hanya memberikan bantuan material tetapi juga memperbaiki kualitas hidup penerima manfaat melalui pendidikan dan pembinaan spiritual.
Selain itu, zakat memiliki efek multiplier pada masyarakat. Pengalaman BMH menunjukkan bahwa penggunaan zakat untuk pembangunan infrastruktur, seperti mushala, rumah Quran, dan sumur bor di Selat Kongki, memberikan manfaat berkelanjutan bagi komunitas lokal.
Infrastruktur ini membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dengan menyediakan akses terhadap air bersih dan fasilitas ibadah, sekaligus membuka kesempatan pendidikan.
Artinya fakta itu menunjukkan bahwa akses terhadap fasilitas dasar seperti air bersih dan pendidikan agama mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah pedesaan dan terpencil, yang pada akhirnya berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.
Faktor kedua, pengaruh sosial dan ekonomi bagi penerima manfaat.
Perjalanan kami ke Selat Kongki memerlukan waktu tempuh yang panjang, sekitar 4-5 jam dari Batam ke Daik, Lingga, dilanjutkan dengan perjalanan tiga jam pulang-pergi menuju Selat Kongki.
Ini menggambarkan bahwa meskipun daerah ini sulit dijangkau, zakat tetap memiliki kekuatan untuk mencapai wilayah terjauh.
Dampak sosial dari zakat sangat terlihat di sini. Kegiatan pemberdayaan melalui bantuan zakat telah membantu suku laut memahami pentingnya pendidikan dan agama, serta memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Lebih jauh lagi, dampak zakat bagi perekonomian lokal tidak terbatas pada komunitas penerima manfaat.
Saat kami mengunjungi Selat Kongki, kami menggunakan jasa Andika, seorang nelayan setempat yang sehari-hari tidak memiliki penghasilan pasti.
Dengan adanya pengiriman bantuan zakat, Andika mendapat tambahan penghasilan yang sangat membantu keluarganya.
Ini adalah contoh nyata dari teori ekonomi lokal yang menyatakan bahwa aktivitas ekonomi yang berfokus pada redistribusi pendapatan, seperti zakat, akan mendorong permintaan jasa lokal dan meningkatkan pendapatan komunitas nelayan setempat.
Faktor ketiga, zakat sebagai penggerak pemberdayaan dan kebangkitan ekonomi lokal.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat terpencil adalah salah satu misi zakat yang mulai terlihat hasilnya di Selat Kongki. Dengan zakat yang terarah, masyarakat setempat mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi yang menguntungkan.
Misalnya, dengan peningkatan kunjungan dan kegiatan sosial, para nelayan seperti Andika dapat meningkatkan pendapatan melalui jasa pengantaran. Efek domino dari gerakan zakat ini menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil bagi masyarakat pesisir.
Dalam pandangan logis, ketika lembaga amil zakat secara konsisten melaporkan dampak dari program mereka, masyarakat yang lebih luas akan lebih percaya dan terdorong untuk berzakat.
Meski zakat mungkin tidak langsung mengurangi kemiskinan dalam skala besar, ia berfungsi sebagai bantalan penting untuk menyelamatkan masyarakat dari kelaparan dan memberikan pendidikan dasar, termasuk pembelajaran Al-Quran, yang menjadi bekal hidup mereka.
Jadi, dari perjalanan ke Selat Kongki telah memberikan gambaran nyata bahwa zakat memiliki kekuatan yang besar untuk mengubah kehidupan masyarakat terpencil.
Dengan dukungan yang terus menerus, zakat dapat membantu suku laut mengakses fasilitas dasar, meningkatkan ekonomi lokal, dan memberdayakan generasi muda.
Gerakan zakat memiliki potensi untuk menjadi instrumen kuat dalam mendorong kemajuan ekonomi dan sosial, bahkan di daerah yang paling terpencil sekalipun.
Seperti ungkapan Ketua Umum Forum Zakat, Wildhan Dewayana dalam sambutan Rakernas Forum Zakat 2-3 Oktober 2024 di Ciawi, Bogor, zakat adalah sarana strategis untuk memeratakan kekuatan ekonomi agar bisa dinikmati oleh mereka yang membutuhkan.
Bukan hanya terputar pada kalangan tertentu dan itu-itu saja. Bisa kita pahami, zakat memang Indonesia perlukan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.*
Kepala Humas BMH Pusat