oleh: Eka Sugeng Ariadi
TANGGAL 28 Oktober 2015, negeri ini dimuliakan dan memuliakan para pemuda-pemudinya. Karena sumpahnya yang melegendaris itulah, generasi muda bahu-membahu mengangkat senjata mengusir penjajah.
Konon, kabarnya Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.”
Dalam kajian pragmatik, ungkapan yang tersampaikan pasti berkaitan dengan konteks yang melingkupinya. Maka pernyataan Bung Karno menunjukkan garansi seorang pemimpin atas generasi mudanya.
Kolaborasi generasi muda dan tua yang serasi dan selaras, tidak saling ‘sikut-menyikut’ berebut kekuasaan, menjadi kunci sukses tinta emas perjuangan di negeri ini. Tak heran, sumpah mereka benar-benar membakar semangat juang generasi muda dari Sabang hingga Merauke, merdeka dan berdaulat bebas dari intervensi dan kolonialisasi di segala bidang.
Lalu, bagaimana profil pemuda-pemudi di negeri ini sekarang? Bila melihat dinamika pola pikirnya dan pola sikapnya, mungkin orasi Sang Presiden berubah jadi, “Berikan aku 10 pemuda, niscaya aku jadikan boyband.”
Berita terkini dari berbagai media, penulis merasa prihatin dengan semakin banyaknya mahasiswa-wi terbaik tewas mengenaskan di tempat-tempat diskotik, berita ini dikuatkan dengan fakta bahwa semakin hari semakin tinggi animo untuk datang ke konser-konser musik/dunia hiburan daripada hadir dalam forum-forum ilmiah. Tak heran, berdasarkan Human Develoment Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP, Indonesia hanya menduduki urutan ke-121 dari 185 negara, jauh dibawah negara-negara tetangganya sendiri.
Untunglah, masih ada pemimpin daerah yang berani mengambil tindakan tegas akan menutup tempat-tempat hiburan malam/diskotik, meski akhirnya pemimpin tersebut di-bully habis-habisan oleh pecinta hiburan malam. Ya, memang sunnahtullahnya memperbaiki ‘kerusakan’ lebih berat daripada membuat ‘kerusakan’.
Carilah Pemuda Berani Sumpah
Rindu sekali kita dengan orasi Bung Karno pada paragraf pertama di atas, rindu kita menyaksikan barisan pemuda pejuang, pemuda luar biasa. Adakah diantara para pemuda-pemudi saat ini menyadari potensi dan peran strategisnya bagi masyarakat, bangsa dan negara bahkan dunia?
Adakah para pemimpin (yang notabene mayoritas dari generasi tua) saat ini menyadari bahwa teladan mereka sangat dirindukan dan dibutuhkan?
Untuk menjawabnya, penulis mengajak pembaca menjadikan nilai-nilai religi sebagai referensi dan spirit untuk menyiapkan pemuda-pemudi berani sumpah. Bukan sekedar sumpah untuk seremonial upacara atau peringatan atau konser-konser hiburan dari kaum muda tapi sumpah yang terkristalisasi dalam hati hingga menjadi karakter anak muda idaman.
Wahai pemuda, ketahuilah begitu penting arti dirimu di mata Allah Swt, hingga peranmu terabadikan dalam Al Qur’an. Salah satunya dalam QS. Al Anbiyaa’ ayat 60, yang menceritakan heroiknya seorang pemuda bernama Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala dan menentang kemusyrikam yang merajalela di masyarakatnya. Ditambah lagi penjelasan Ibnu Abbas r.a. tatkala menjelaskan ayat di atas sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir III/183, beliau berkata, ”Tak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia dipilih dikalangan pemuda. Begitu pula tidak seorang ‘alim yang diberi ilmu, melainkan ia dari kalangan pemuda.”
Artinya begitu penting peran pemuda dan masa-masa mudanya, hingga Allah Swt pun memilihkan ‘jabatan’ yang penting serta mulia bagi mereka. Tentunya yang terpilih pasti salah satu diantara mereka yang berani bersumpah. Bersumpah untuk bersungguh-sungguh akan rajin belajar, kerja keras penuh integritas, dan tentu semua usaha bermuara untuk kesuksesan kualitas ibadahnya.
Contoh lain sebagaimana diceritakan oleh Muhammad bin Ja’far, ketika suatu hari datang rombongan Nasrani Najran menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam. “Ya Abalqasim,” kata utusan itu, “Datangkanlah utusanmu ke negeri kami untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kami hadapi. Kami betul-betul ridha dan yakin terhadap kaum muslimin.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam menyanggupinya dan menjanjikan kepada mereka seraya berkata, “Esok hari aku akan mengutus bersama kalian seorang yang benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya.”
Rasululah Shalallahu ‘alaihi Wassallam menyebut benar-benar terpercaya sampai diulanginya tiga kali. Rasul Shalallahu ‘alaihi Wassallam kemudian mencari seseorang, sehingga beliau melihat Abu Ubaidah dan berkata, “Wahai Abu Ubaidah, pergilah engkau bersama-sama dengan penduduk Najran. Jalankan hukum-hukum dengan penuh kebenaran terhadap segala apa yang mereka perselisihkan.”
Siapakah Abu Ubaidah bin Jarrah? Dia adalah sosok pemuda fisik tubuhnya tinggi, kurus tapi bersih, tampak disana tersimpan sifat-sifat mulia yang tidak dimiliki orang lain. Jujur, tawadu’, dan pemalu adalah sifar yang paling menonjol dari Abu ‘Ubaidah bin Jarrah r.a. Kristalisasi ‘sumpah’nya untuk menjadi pemuda terbaik sesuai tuntunan agama menjadikannya sebagai pemuda pilihan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda yang maksudnya, “Setiap umat mempunyai sumber kepercayaan, sumber kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.” Itulah penghargaan yang diterima oleh seorang pemuda Abu Ubaidah dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam.
Saat ini telah banyak sudah pemuda-pemuda berkolaborasi dengan yang tua hendak menjadi pemimpin dan calon pemimpin di negeri ini. Ada yang berjuang di dalam parlemen ada yang di luar parlemen/di jalanan, ada yang murni karena berjuang untuk reformasi ada pula yang ditunggangi.
Apapun kondisi dan situasinya, siapapun orang tua yang ada di depan-di belakang dan di samping mereka, semoga mereka tetap berani bersumpah, bersumpah bersungguh-sungguh mencari ilmu, bersumpah berkerja keras dalam amanahnya, berdedikasi tinggi terhadap agama dan bangsa negaranya sebagai seorang pemuda Nusantara.*
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa)