Oleh: Mustabsyirah
SERANGAN Aleppo bukanlah bentuk fantasi dari sebuah film ataupun rekayasa sutradara. Melainkan kenyataan pahit yang harus diterima atas penyerangan dari rezim Assad dan militer Rusia terhadap warga sipil Aleppo, Suriah.
Berhari-hari lamanya Aleppo dihujani bom. Tak sedikit warga sipil yang meregang nyawa tertimbun dengan reruntuhan bangunan. Rezim Bashar al Assad bersama militer Rusia juga membombardir rumah sakit dan infrastruktur yang ada.
Penembakan pun turut memperparah keadaan. Ditambah jeritan anak-anak yang kehilangan keluarganya, ibu yang meratapi potongan badan anaknya, ayah yang menjerit pilu menyaksikan keluarganya habis tertimbun bangunan. Tak ada belas kasihan. Tanpa ampun, rezim Assad bersama militer Rusia menghabiskan semuanya, meluluh lantakkan tanpa sisa.
Perang di Aleppo terjadi tidaklah berimbang. Satu kubu memiliki persenjataan yang lengkap dan kekuatan militer yang kokoh. Mereka disebut pasukan rezim Assad yang bersatu dengan militer Rusia di bawah provokasi kaum Rafidhah. Sedangkan satu kubu yang lain hanya memiliki keimanan sebagai senjata melawan rezim Assad. Merekalah warga sipil Muslimin, ahlu sunnah wal jamaah.
Perlu diketahui, Bashar al Assad yang merupakan otak penyerangan Aleppo, Suriah merupakan presiden yang tega menghabisi rakyatnya sendiri. Provokasi dari kaum rafidhah berhasil menggelapkan mata hati pemimpin Suriah tersebut. Bahkan keserakahan dan keangkuhan mulai merasukinya. Hingga sampai pada taraf menuhankan dirinya sendiri ! Ya, dialah sosok Fir’aun di zaman digital ini.
Warga sipil yang tidak mau mengikuti aturan dan beriman kepadanya berhak disiksa dan dibunuh. Pembunahan massal yang baru saja terjadi, dengan menerjunkan puluhan bom selama berhari-hari merupakan bentuk jawaban dari ketidak mauan kaum muslimin untuk beralih keimanan dengan menjadikan dirinya Tuhan.
Lihatlah kondisi Aleppo sekarang. Hancur berantakan, membara, jerit tangis dan rintihan pilu menambah sayat nurani manusia. Disanalah kondisi sempurna untuk menyatakan hancurnya suatu kota. Hanya sebab tak mau beralih keyakinan dari menyembah Sang Pencipta ke menyembah sosok yang juga diciptakan.
Tidakkah terasa nurani ini meradang? Dimanakah undang-undang keadilan dunia yang kemarin berkoar-koar begitu ditinggikan hanya untuk menerima hak manusia yang berkelainan untuk menikah dengan sesama jenisnya? Jika untuk suatu bentuk kelainan tersebut, undang-undang keadilan dunia atas dasar HAM dapat berfungsi dengan baik, lalu mengapa untuk suatu hak paten tentang keyakinan beragama, undang-undang dunia tersebut seperti pingsan ! Tidakkah terasa jiwa ini semakin terguncang?
Serangan Aleppo tanpa ada trailer sebelumnya, dan iklan-iklan promosi yang bertebaran di dunia maya. Serangan Aleppo tayang begitu saja. Menyisakan bara dan jenazah kaum Muslimin yang tertimbun dalam reruntuhan bangunan. Dan kalian tahu wahai saudaraku? Kota Aleppo yang hancur, menjadi background dalam suatu pameran, di mana orang-orang Iran dan kaum Rafidhah berfoto unjuk gigi.
Tidakkah kalian heran dan bertanya-tanya, mengapa kabar besar ini tidak besar di dunia maya? Bersabarlah saudara-saudaraku, wahai kaum Muslimin. Inilah tantangan yang harus kita hadapi. Kenyataan pahit yang menohok sanubari. Betapa akrabnya kita dengan dunia maya, namun tanpa sadar kita termanfaati. Hati-hati!
Tidak ada kata terlambat. Masih ada waktu untuk bergerak. Setidaknya kita masih punya konstribusi untuk mengawal kabar saudara-saudara kita yang terbantai di sudut-sudut kota. Mari kita manfaatkan dunia maya dan dunia nyata. Kita sadarkan minimal diri kita sendiri untuk tidak lagi pingsan akan nasib saudara kita sesama kaum Muslimin.
Kita bantu mereka, dengan moril, materi dan doa-doa yang kita miliki. Kita bantu mereka untuk bertahan, sampai kemenangan dari Allah itu datang. Bukankah Allah telah menjanjikan kepada kita kabar gembira tentang kemenangan atas kaum mukminin di dalam firmaNya :
جُندٌ مَّا هُنَالِكَ مَهْزُومٌ مِّنَ الْأَحْزَابِ
“Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan.”(QS. Shad:11)
فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
“dan pada hari itu, kaum Mukminin bergembira dengan pertolongan Allah”.(QS.Ar-Rûm: 4-5)
Bersabarlah dan teruslah bergerak wahai kaum muslimin.Kita hanya tinggal menunggu waktu untuk suatu kemenangan besar. Kapan waktunya ? Hanyalah Allah yang tahu, sungguh Dialah zat yang Maha Tahu dan terbaik untuk hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya.
Dan teruntukmu wahai kaum kuffar. Ketahuilah! Serangan-serangan yang kalian berikan atas kaum Muslimin tidaklah membuat mereka gentar dan goyah keimanannya, meskipun kalian mengumpulkan berjuta-juta pasukan untuk menyerang mereka. Justru keimanan mereka kepada Allah akan semakin bertambah. Hanya dengan dzikir dan doa “Hasbunallah wanikmal wakil” mereka lalu dapat berdiri mengusap air mata dan kembali menentangmu yang menyerang keimanan mereka kepada Allah.
Sebagaimana Allah.swt berfirman :
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang yang mengatakan kepadanya, “orang-orang (kuffar) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali Imran: 173).
Oleh karena itu, saudaraku kaum Muslimin, hanyalah Allah penolong kita dan Allah lah sebaik-baik pelindung. Mari kita kuatkan kaum Muslimin yang tertindas (dengan moril, materi, dan doa-doa kita), mereka cukuplah bertahan dengan segala daya upaya, hingga kemudian Allah akan berikan kemenangan atas kaum Muslimin. Wallah a’lam bis shawwab.*
Pegiat komunitas PENA, tinggal di Samarinda