Oleh: Tri Wahyuningsih
AWAL tahun 2018, dunia drama Indonesia diramaikan dengan hadirnya film yang di adaptasi dari sebuah novel yang booming pada tahun 90-an yakni Dilan 1990.
Film denganjudul yang sama seperti novelnya ini mengisahkan tentang dunia percintaan remaja SMA yang dibintangi arti-artis muda tanah air. Sejak dirilis pertama kali pada bulan Februari lalu, film ini telah ditonton lebih dari 2 juta rakyat Indonesia dari semua usia baik remaja hingga dewasa, orang biasa hingga kalangan elit politik berlomba menonton film tersebut, salah satunya orang nomorsatu di negeri ini Joko Widodo.
Sebagaimana berita yang di muat dalam beberapa media nasional, Joko Widodo bersama putrinya Kahiyang Ayu dan Suaminya Bobi Nasution menonton film Dilan 1990 di bioskop daerah Senayan City, Jakarta Selatan pada, Ahad (25/01/2018). Dan setelah menonton film ini, Jokowi merasa baper dengan setiap adegan yang ada dalam tayangan film Dilan 1990 tersebut. Ia juga mengungkapkan kerinduannya kepada sang istri, Iriana yang sudah tak bertemu selama dua hari. Jokowi juga mengatakan adegan-adegan dalam film tersebut mengingatkannya pada kenangan masa remajanya.
“Memang keren, saya jadi teringat masa remaja,” tulis Jokowi di akun Instragram miliknya.
Di saat virus Dilan 1990 sudah meraja lela pada semua kalangan usia di negeri ini, pada saat yang sama lebih dari 500 orang meninggal dan ratusan anak-anak di Ghouta Timur-Suriah sedang ketakutan dan bersembunyi di tempat-tempat gelap, menghindari sasaran bom-bom tandan yang dijatuhkan Rezim keji Bashar al Assad dibawah dukungan Rusia dan Iran.
Neraka GhoutaTimur, Diamnya Penguasa Muslim
Ghouta adalah sebuah negeri kaum muslim di ujung timur Suriah, wilayah kesekian yang diserang habis-habis oleh Rezim keji, Bassar Assad. Mereka menghabiskan seluruh penduduk kota, laki-laki ataupun perempuan, dewasa ataupun balita dan tak cukup menghilangkan nyawa, semua gedung-gedung pun mereka hancurkan. Tak terhitung lagi berapa darah kaum muslim yang mengalir.
Baca: Media Pro-Assad Manipulasi Video Palsu Memojokkan Kelompok Oposisi Ghouta
Ghouta sekarang bagaikan neraka yang tak pernah diharapkan oleh kaum muslim di sana, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain melindungi diri dan keluarga dari serangan-serangan rudal yang datang, berupaya mempertahankan hidup walau kematian senantiasa ada di dekat mereka.Lalu di manakah para pemimpi negeri-negeri muslim yang tersebar di berbagai penjuru dunia ?
Tidakkah hati mereka tergerak untuk menolong kaum muslimin di Ghouta ataukah benar mata dan hati mereka telah tertutup oleh kekuasaan duniawi yang diberikan dan di iming-imingi Barat untuk mereka. Inilah bagaikan anak ayam kehilangan induknya, peribahasa ini mungkin mampu menggambarkan ketidak pedulian penguasa negeri ini terhadap nasib kaum muslimin di Ghouta Timur, Suriah. Sebagaimana fakta di atas, pemimpin negeri ini lebih memilih menikmati kebaperannya menonton film cinta remaja dibandingkan melakukan tindakan nyata menghentikan kekerasa.
Mereka lebih memilih diam dan menutup mata akan setiap jeritan dari Ghouta, seolah-olah ada batasan tak kasat mata yang terbentang antara Indonesia dan Ghouta. Sehingga apapun yang terjadi di Ghouta sana, Indonesia tak perlu ikut campur atau turun tangan. “Biarlah mereka menyelesaikan urusan Negara mereka, dan kita cukup mengurusi Negara kita.” Mungk inilah ungkapan yang menggambarkan sikap acuh penguasa negeri ini.
Pemimpin yang Dirindukan
Sikap abai dan diamnya para penguasa negeri-negeri muslim saat ini, sungguh tidaklah pernah dicontohkan oleh para penguasa kaum muslim sebelumnya.
Sebagai contoh, sebuah kisah luar biasa yang menunjukkan begitu berharga nya nyawa kaum muslim walau hanya satu saja.
Dikisahkan dari kitab al-Kamil fi al-tarikh karya Ibn Al-Athir. Beliau adalah Al-Mu’tasim Billah seorang pemimpin yang menyahut seruan seorang budak muslimah yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan kepaku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Seketika itu pula sang wanita berteriak memanggil Khalifah Al-Mu’tasim Billah dengan lafadz yang melegenda.
“Waa Mu’thasimaah!” yang berarti “Di mana engkau wahai Mu’tasim..tolonglah aku!”.
Dan setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka Sang Khalifah pun langsung menurunkan ribuan pasukannya untuk menyerbu Kota Ammuriah (Turki) tempat pelecehan tersebut terjadi. Diriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang Istana Khalifah di kota Baghdad hingga Kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan.
Sebanyak 30.000 pasukan Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan.Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh Khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.
Baca: Warga Ghouta Ejek Gencatan Senjata, Hilang Kepercayaan pada Bashar
Kebanyakan para pemimpin Muslim ketakutan akan hilangnya kekuasaan lebih menjadi prioritas utama dalam hidup mereka dari pada memenuhi perintah Allah dan Rasulullah dalam hal saling tolong-menolong antar saudara muslim.
Rasulullah Shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda : “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Rasulullah Shallallahu ‘ alaihiwasallam bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azzawa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat.”
Dan dalam surat Al-Anfal ayat 72, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian (dalam urusan agama), maka wajib bagi kalian menolong…”
Wajib bagi muslim yang lain, untuk membebaskan mereka dari kebiadaban pemerintahnya sendiri. Terutama yang paling dekat wilayahnya dengan muslimin Ghouta.Wallahu’alam.*
Anggota Komunitas Muslimah Jambi Menulis