Oleh: Widi Astuti, SE
DUNIA pendidikan kembali berduka. Pasalnya berulang sudah kisah pembunuhan yang dilakukan pelajar SMP terhadap temannya yang juga seorang pelajar sebuah SMP.
Hanya dikarenakan cemburu karena memiliki pacar baru dan ingin memiliki HP korban, seorang siswa sebuah SMP di Bandung pada akhir Agustus lalu telah memartil mantan cinta monyetnya yang juga siswi sebuah SMP hingga tewas. Sebelumnya seorang pelajar di Ciracas nekat bunuh diri hanya karena putus cinta dengan pacarnya. Bukan hanya dua kasus remaja tersebut yang terjadi hingga berujung pada kematian. Namun banyak peristiwa berulang terjadi yang motifnya tidak pernah terlepas dari cinta, gengsi, dan harta. Apakah yang sebenarnya telah salah?.
Menelaah Persoalan
Maraknya kasus kriminalitas di kalangan remaja sampai dalam bentuk penghilangan nyawa berulang terjadi di negeri ini. Padahal pemerintah telah memasukkan pendidikan berkarakter dalam kurikulum pendidikan. Maksud dari pendidikan berkarakter atau pendidikan moral (moral education) dalam konteks sekarang diharapkan sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita.
Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Disamping itu pemerintah di masa Presiden sekarang juga mengkampanyekan pentingnya revolusi mental pada bangsa ini.Revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinil bangsa Indonesia, yaitu bangsa berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotongroyong.Berbagai model kampanye revolusi mental tersebut telah dilaksanakan diberbagai sekolah.Tapi kriminalitas remaja terus terjadi menimpa negeri ini.
Pola fikir (mindset) yang salah sejak lama telah tertanam dalam benak para remaja. Bahwa kehidupan yang mereka jalani untuk mendapatkan kesenangan, just having fun. Gadget, motor, pakaian yang selalu up to date ditambah keberadaan pacar selalu menjadi standar kesenangan mereka. Remaja
yang sedang dalam masa pencarian jati diri selalu ingin mencoba segala hal yang baru dan menjadikan berbagai kesenangan materi tadi sebagai tujuan hidup mereka. Sehingga wajar jika pendidikan berkarakter di bangku sekolah ataupun gerakan revolusi mental seakan sulit berhasil karena belum menyentuh perubahan pola fikir yang mendasar bagi para remaja. Masih hanya sebatas niai-nilai kebaikan yang disampaikan tapi belum mampu membrikan kesadaran yang bagi mereka. Ditambah lagi kondisi tersebut diperparah oleh dukungan lingkungan.
Ketika di seolah ditanamkan nilai-nilai kebaikan, tapi tidak demikian di lingkungan tempat tinggal mereka. Padahal interaksi mereka di bangku sekolah tidak selama interaksi mereka di luar sekolah bersama masyarakat. Berbagai nilai kebaikan itu seakan mentah ketika harus bergumul hidup di masyarakat.
Akidah Islam
Ketika melihat persoalan yang menimpa generasi penerus bangsa, menjadikan sebuah pemikiran tentang solusi riil yang mampu mengatasinya dengan tuntas. Persolan remaja bukan hanya sebatas persolan mereka saja. Akan tetapi sangat berkaitan dengan lingkungan masyarakat. Sehingga solusi pun harus komprehensif. Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan solusi menyeluruh terhadap berbagai persolan kehidupan. Termasuk persolan remaja.
Dalam pandangan Islam remaja bukan lagi dipandang sebagai anak-anak. Akan tetapi sebagai manusia dewasa yang telah terikat dengan keharusan mentaati hukum-hukum Islam. Aqil dan Baligh menjadi standar mereka wajib mentaati aturan-aturan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Ketika mereka telah aqil dan baligh, maka mengajak dan mengawal mereka untuk berfikir tetang jati diri mereka harus terus dilakukan. Jati diri mereka hanyalah sebagai hamba bagi Penciptanya.Tak ada pilihan lain bagi mereka selain mentaati perintah Alloh Subhanahu Wata’ala. Kebahagiaan dan kesenangan yang harusnya mereka kejar adalah ridlo dan surganya Alloh Subhanahu Wata’ala. Ridlo dan surga Alloh Subhanahu Wata’ala hanya akan bisa teraih jika mereka berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini dengan menjadi hamba yang takwa. Kesenangan hidup di dunia ini adalah fana. Ada akhiratyang abadi. Ada pertanggungjawaban hakiki dalam setiap perbuatan di dunia ketika nanti di akhirat. Ada surga dan neraka sebagai tempat kembali yang abadi. Semua itu harus tertancap kuat pada diri para remaja.
Tak cukup hanya dengan pelajaran agama di sekolah yang sangat singkat, ataupun ditambah pendidikan berkarakter serta gerakan revolusi mental. Penekanan terbangunnya kesadaran akan kebenaran dalam beraqidah harus menjadi pola fikir yang mendasar bagi remaja. Dan hal tersebut tak boleh hanya berhenti pada remaja saja namun berkesinambungan dengan masyarakat pada umumnya.
Keluarga menjadi awal penanaman kesadaran beraqidah pada diri remaja. Orangtua harus mampu mengawal anak-anak mereka beraqidah secara benar dan konsekuen terhadap aturan-aturan dalam aqidahnya. Demikian juga sekolah serta lingkungan masyarakat harus memiliki kesadaran tersebut serta memberikan kontrol ketika terjadi berbagai pelanggaran.Termasuk sistem yang diberlakukan oleh negara sebagai insititusi yang menjaga dan melindungi masyarakat, harus mampu mengawal agar rakyatnya sadar dalam beraqidah serta memberikan sanksi yang tegas bagi para pelanggarnya.
Ketika Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menjadi kepala negara di Madinah, tertoreh dalam tinta emas sejarah kemuliaan dan ketinggian Islam. Saat itu banyak para remaja Islam tidak menjadikan kesenangan duniawi sebagai tujuan hidup mereka.Bukan harta ataupun materi lainnya yang mereka kejar melainkan ridlo dan surga Alloh Subhanahu Wata’ala. Sehingga di usia belia mereka turut dalam bebagai jihad yag terjadi masa itu. Dan kegemilangan itu terus berlanjut dimasa Khilafah Islam. Banyak pemuda Islam yang menjadi ilmuwan, maupun menjadi panglima perang. Maka hanya ketika aqidah Islam ditanamkan secara kuat dan diterapkan dalam Khilafah Islam sajalah yang telah terbukti mampu menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan, termasuk menjadikan para remajanya menjadi para pahlawan yang memberikan kontribusi riil bagi kemajuan masyarakat, bukan menjadi sampah masyarakat.Waallhua’lam.*
Anggota DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Tulungagung