Oleh: Tatang Hidayat
ACARA Indonesia Lawyers Club (ILC) yang diselenggarakan TV ONE kembali dinodai oleh pernyataan-pernyataan yang sangat tidak mendidik, yang bisa berimbas pada rusaknya pemikiran generasi bangsa, bahkan jika pemikiran tersebut tidak dicegah sejak dini bisa-bisa akan menghancurkan generasi bangsa di masa depan.
Bagaimana tidak, Lesbian Gay Biseksual dan Trans gender (LGBT) yang akhir-akhir ini menjadi polemik di Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi bahasan utama di acara ILC malam itu.Namun, sangat disayangkan, kembali acara tersebut dinodai oleh pernyataan beberapa orang yang tidak bertanggungjawab dan sangat berbahaya bagi generasi bangsa di masa depan.
Namun, dari beberapa tokoh yang hadir, ada beberapa pernyataan dari Cania Citta, Ade Armando dan Dede Oetomo yang dari pernyataan tersebut melukai kalangan pondok pesantren yang jumlahnya ribuan.
Bagaimana tidak, pernyataan miskin data, dan hanya penuh dengan asumsi-asumsi yang jauh dari kenyataan.
Dalam kacamata akademik, jika suatu pernyataan yang tidak dilandasi dengan data dan fakta maka pernyataan tersebut layaknya sebagai sampah akademik.
Pernyataan Ade Armando yang mengatakan bahwa ada kajian-kajian terbaru Islam yang tidak semuanya menetang LGBT.
Bahkan, kalaupun ada aturan yang secara tegas melarang LGBT, menurutnya hal itu bisa ditinjau kembali.“Ternyata aturan Tuhan itu selalu bisa dikaji kembali,”ungkapnya.Ia menegaskan, aturan Tuhan itu tergantung interpretasi.“Tadi saya katakan, aturan Tuhan itu tergantung interpretasi. Artinya, dan dia tidak bisa diterapkan secara dengan sendirinya mengingat ada beragam keberagaman yang ada,” lanjutnya.
Menurut Suteki selaku Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro menanggapi pernyataan Ade Armando tersebut, ia menyampaikan bahwa hebat betul pemikirannya. Bagaimana mungkin manual yang dibuat Tuhan masih juga diragukan kebenarannya.Atau okaylah silahkan diragukan tetapi apakah ukuran baik buruknya sesuatu pasti dapat diukur dari logika saja? Liberal banget pemikirannya.
Bahkan oleh Pendiri Gaya Nusantara (Organisasinya kaum homo), Dr Dede Oetomo menyatakan bahwa seharusnya Negara tidak perlu terlalu mencampuri urusan kamar tidur warga negaranya.
Begitu pun dengan Cania Citta selaku wartawati Geotimes yang gagal paham terhadap sila pertama dalam Pancasila, yang mengatakan bahwa tidak wajib bertuhan. Sungguh pernyataan tersebut telah melecehkan Pancasila dan sangat-sangat anti Pancasila.
Lain halnya dengan Dede Oetomo yang mengatakan bahwa pelaku homoseksual di pesantren aman sekali karena dilakukan diantara paha. Sungguh pernyataan tersebut telah menusuk dan sangat menyinggung dunia pesantren bahkan menghina wibawa pesantren selaku lembaga pendidikan Islam.Selaku santri, saya sangat tersinggung terhadap apa yang disampaikannya.
Pernyataan tersebut terlalu gegabah dan mengenerali pesantren secara keseluruhan. Apa urusannya dia membawa-bawa pesantren?
Pesantren mana yang dia maksud? Sangat tidak tepat ia mengeneralisasi dan menjadikan pesantren sebagai contohnya.
Bagi para pengurus pesantren, alumni pesantren dan seluruh santri Indonesia harus mengusut orang ini, karena telah melecehkan dan menjatuhkan wibawa pesantren. Apalagi secara tidak langsung dia juga telah kurang ajar menjatuhkan wibawa Kyai, sosok yang tidak bisa lepas dari dunia pesantren.
Dari pernyataan-pernyataan ketiga orang ini dan pemikiran yang semisal dengan mereka, tentunya akan semakin membuka cakrawala kita akan bahayanya pemikiran sekuler dan liberal (SePILIS). Saya sepakat dengan apa yang disampaikan Suteki selaku Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dalam statusnya bahwa pemikiran Ade Armando contoh rill pemikiran orang liberal. Begitupun dengan pandangan hidup Cania Citta yang jelas sangat sekuler.
Dari kejadian ILC malam itu, akhirnya pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh orang-orang yang selalu tebar pesona yang kelihatannya seolah-olah bijak dan ternyata miskin data, fakta, cacat logika, sangat tidak mendidik ini jelas merusak generasi bangsa.
Silahkan rakyat yang menilai dengan memakai nalar yang sehat. Dalam kacamata akademik, ketika Ade Armando, Cania Citta dan Dede Oetomo berbicara tanpa disertai data dan fakta, maka sama saja dengan sampah, yang sebaiknya masyarakat membuang.
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak kita semua yang masih waras dan memiliki nalar yang sehat untuk berpikir dan sama-sama belajar meneladani sosok figur yang layak untuk diteladani. Bukan malah meneladani sosok figur yang sangat tidak layak untuk diteladani yang berimbas membodohi –bahkan menyesatkan– generasi bangsa. Apa jadinya jika generasi bangsa ini meneladani orang-orang yang tidak layak untuk diteladani? Apa yang akan terjadi dengan generasi bangsa di masa depan?
Kita harus mengucapkan terimakasih kepada Bung Karni Ilyas yang telah memfasilitasi diskusi yang akhirnya bisa membuka pandangan masyarakat sebenarnya siapa yang sangat peduli terhadap masa depan Indonesia dengan orang-orang yang seolah-olah bijak dan berteduh di balik HAM, padahal sejatinya justru rusak dan menyesatkan generasi bangsa yang kelak menjadikan Indonesia terjerembak dalam kubangan peradaban bobrok di masa depan.
Namun, perlu kita ingat, LGBT adalah salah satu problematika di antara sekian banyak problematika yang melanda negeri ini. Masih banyak problematika lain yang perlu kita selesaikan, baik itu problematika masih kuatnya cengkraman asing dan aseng yang ‘menjajah’ negeri ini, dijualnya berbagai macam asset Negara oleh para penghianat bangsa, meningkatnya angka korupsi, naiknya harga tarif dasar listrik, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, banyaknya kebijakan yang menyengsarakan rakyat dan masih banyak problematika yang lainnya yang perlu kita selesaikan.
Penyebab problematika itu semua tidak lain karena sistem yang melingkupi kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah system Barat – sekuler yang nyata-nyata telah banyak merusak negeri ini. Wallohu ‘Alam bi ash-Shawab.*
Wakil Rois Pondok Pesantren Mahasiswa MiftahulKhoir Bandung Periode 2014/2015