Oleh: Zahrul Fata
Hidayatullah.com | ADA adegan yang menarik untuk dikritisi dalam film Titatic. Yaitu saat kapal akan tenggelam dan hampir seluruh penumpang lari pontang-panting seraya berteriak “Oh Mmy God” , ada sekelompok pemain musik yang sama sekali tidak merasakan kepanikan sambil terus memainkan alat musik hingga mereka mati tenggelam dengan ‘tenang’.
Dalam dunia nyata, apakah mungkin ditemukan orang yang tidak panik dalam kondisi genting seperti itu? Mustahil.
Jangankan dalam kondisi kapal mau tenggelam. Pada saat kita naik pesawat dan merasakan ada sedikit goncangan di udara akibat cuaca buruk, kita spontan mengatakan “Oh my God” atau “Ya Allah” bagi yang Muslim. Namun tidak demikian adanya dengan adegan film yang menyabet 11 Piala Oscar pada tahun 1997 itu.
Penulis menangkap ada pesan atheisme dalam snap shoot yang ganjal di atas.
Para pemain musik yang terlihat tenang saat kapal mau tenggelam seolah-olah memberi pesan; “Ngapain Anda teriak-teriak cari Tuhan meminta keselamatan? Hidup itu, waktunya hidup ya hidup, waktunya mati ya mati. Tidak ada Tuhan”.
Hal ini mirip dengan ucapan filsuf Jerman, Nietzsche (1844-1900) yang mencibir orang-orang di sekitarnya yang masih pergi ke gereja, dengan mendeklarasikan “God is dead” .
Pesan eksplisit atheisme sebagaimana yang diperankan para pemain musik dalam film yang disutradarai James Cameron tersebut sebenarnya sudah disinggung dan dibantah dalam Al-Qur’an. Perhatikan firman Allah Swt. sebagai berikut:
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS: Al-Jasiyah:24).
Sejatinya rasa kebertuhanan tidak akan pernah hilang dalam diri manusia. Rasa itu memang kadang samar dalam diri seseorang, terutama saat lapang tapi ia tak akan pernah hilang. Secara fitrah perasaan bahwa di sana ada Dzat tempat bergantung akan hadir pada saat sempit. Yang demikian itu karena Allah sudah mengambil sumpah—di zaman azali—dari setiap manusia sebelum jiwanya dihembuskan ke dalam jasadnya (baca: QS: Al-A’raf: 172).
Bukankah Fir’aun itu moyangnya atheis? Bahkan dia mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan.Tapi apa yang dia ucapkan pada detik-detik terakhir sebelum ditenggelamkan? “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).” Demikian penuturan Fir’aun sebagaimana yang direkam dalam Surah Yunus: 90.
Perjalanan manusia mengarungi samudra kehidupan dunia terus berlanjut. Pertarungan antara haq dan bathil selalu ditemukan dengan berbagai corak dan tingkatannya.
Sejarahpun terkadang berulang dengan pemeran yang berbeda. Selalu ada di antara manusia yang ‘lupa daratan’, jauh dari petunjuk Tuhan. ‘Angin yang kencang’, ‘gelombang yang tinggi’ terkadang tidak menyadarkan mereka untuk kembali ke jalanNya. Hedonisme, matrealisme, hingga atheisme telah menjadi pola pikir dan pandangan hidup sebagian umat manusia.
Kini, pola pikir dan pandangan hidup yang jauh dari tuntunan Sang Khalik itu nampaknya mulai disadari kekeliruannya. Sang Pemilik jagat raya menunjukkan kekuasaan-Nya.
Kepongahan sebagian manusia itu akhirnya runtuh oleh makhlukNya yang super-mikro, virus corona (Covid-19). Virus tersebut menyebar dan menyerang tanpa pandang bulu.
Bagi kaum fasik, wabah ini adalah peringatan agar segera kembali ke jalanNya. Bagi orang mukmin, ini adalah ujian kesabaran. Suatu hari Zainab bintu Jahsy R.a. bertanya kepada baginda Nabi ﷺ terkait musibah yang menimpa kaum Mukmin,” Wahai Rasulullah, apakah kami dibinasakan juga padahal masih ada orang-orang sholeh di tengah-tengah kami?” Beliau menjawab, ”Iya, bila keburukan telah demikian banyak.” (HR: Muslim).
Virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Propinsi Hubei, China pada akhir Desember 2019 itu telah menjalar ke hampir 90 persen daratan bumi yang dihuni manusia. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)—sebagaimana dirilis oleh CNN tanggal 10/04/2020– virus ini sudah menelan korban sebanyak 85.711 manusia.
Hingga saat ini virus yang begitu cepat penyebarannya ini belum ditemukan vaksinnya. Wabah ini juga melumpuhkan sistem ekonomi dunia, mulai dari transportasi, perdagangan hingga keuangan.
Di tengah situasi yang tidak menentu seperti ini, tidak ada jalan kecuali sujud bersungkur di hadapan Sang Maha Kuasa, meneguhkan kembali tugas kita (manusia) sebagai khalifah-Nya di atas bumi ini, yaitu menjalani dan memakmurkan kehidupan ini sesuai dengan tuntunanNya.
Pada akhirnya, kekuasaan Allah di atas bumi ini diberikan kepada hamba-hambaNya yang beriman dan berbuat baik sebagaimana yang dijanjikan dalam firmanNya:
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik..” (QS: Al-Nur: 55). Semoga badai pandemi ini segera berlalu.*
Penulis PhD dari International Islamic University Malaysia (IIUM),Dept. Qur`an and Sunnah Studies