Hidayatullah.com– Pasukan Amerika Serikat telah membunuh seorang pemimpin kelompok ISIS di Somalia, Bilal al-Sudani, dan 10 anak buahnya di bagian utara Somalia.
Dia dibunuh setelah pasukan khusus AS menyerbu gua-gua di daerah pegunungan dengan harapan bisa menangkapnya.
“Al-Sudani bertanggung jawab atas maraknya kehadiran ISIS di Afrika,” kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin said seperti dilansir BBC Jumat (27/1/2023).
Dia juga diduga mendanai kegiatan kelompok itu secara global, tambah Austin.
Para analis mengatakan fakta bahwa pasukan khusus AS yang dikirim berdasarkan perintah Presiden Joe Biden untuk membunuh atau menangkap Sudani, dan bukan serangan drone yang risikonya lebih kecil bagi AS, menunjukkan signifikansi sosok pemimpin ISIS tersebut.
Dia dituduh memainkan “peran finansial dengan keterampilan khusus yang membuatnya menjadi target penting bagi tindakan kontraterorisme AS,” kata seorang pejabat AS yang tidak ingin identitasnya disebutkan kepada kantor berita AFP.
Perincian mengenai operasi tersebut belum dirilis, tetapi laporan New York Times menyebut bahwa pasukan AS dikirim lewat udara dengan helikopter dan Sudani tewas dalam baku tembak.
Operasi dilakukan setelah Presiden Joe Biden memerintahkan pengiriman kembali ratusan pasukan AS ke Somalia setelah pendahulunya, Donald Trump, menarik pulang serdadu-serdadu Amerika. Akan tetapi konon katanya, pasukan AS tersebut dikirim ke sana hanya untuk melatih pasukan pemerintah Somalia dan bukan melakukan operasi militer.
Sebelum bergabung dengan ISIS alias IS, Sudani diduga bergabung dengan Al-Shabab, membantu melatih para petempurnya. Namun, pada pertengahan 2010-an dia dan beberapa orang lain memisahkan diri untuk membentuk sebuah kelompok afiliasi ISIS, menurut peneliti bidang keamanan Dino Mahtani.
Sudani merupakan figur penting bagi ISIS dalam membangun jaringan trans-nasional di kawasan Afrika Tengah dan Afrika Timur dan sekarang meluas ke Mozambique, kata Mahtani dalam program BBC Focus siaran Afrika.
Kelompoknya adalah “ahli penyelundup senjata ke bagian utara Somalia” dan juga memiliki koneksi di RD Kongo, lanjut Mahtani, sehingga dia merupakan “prioritas tinggi” untuk ditangkap atau dibunuh.
Operasi dengan target Sudani itu kabarnya direncanakan selama berbulan-bulan.
Menurut situs berita Voice of America, pihak Somalia menyambut baik pembunuhan Sudani.
“Ini sangat positif dan melegakan,” kata penasihat keamanan pemerintah Somalia Hussein Sheikh Ali.
Dia menegaskan bahwa ancaman IS tidak sebesar Al-Shabab, tetapi Sudani “berbahaya”.
“Pesannya adalah, bahwa para pemimpin semua kelompok teror di Somalia tidak aman,” imbuhnya.
Cabang ISIS di Somalia termasuk kecil, hanya mengklaim 32 serangan di tahun 2022 yang kebanyakan dilakukan di ibukota Mogadishu.
Salah satu laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun lalu memperkirakan jumlah petempurnya di Somalia sekitar 200 sampai 280 dan cabang Somalia kabarnya merupakan sumber keuangan bagi aktivitas ISIS alias Daesh alias IS di Iraq dan kawasan negeri Syam.
Baru sepekan lalu kelompok IS Somalia menyebarkan video propaganda yang menunjukkan pertempuran mereka melawan pasukan pemerintah Somalia di daerah pegunungan di Bari.
Seragam AS atas Sudani dan kawan-kawan itu dilakukan kurang dari sepekan setelah serangan drone AS menewaskan sekitar 30 anggota Al-Shabab di Somalia.*