Hidayatullah.com– Seorang anak perempuan berusia 11 tahun di Kamboja meninggal dunia akibat flu burung. Itu merupakan infeksi H5N1 pertama pada manusia di Kamboja sejak 2014, kata pejabat kesehatan.
Flu burung atau avian influenza, biasanya menular di kalangan hewan jenis unggas (ayam, burung, bebek) dan tidak dianggap mengancam kesehatan manusia sampai 1997 ketika virus diketahui menjangkiti pengunjung pasar unggas hidup di Hong Kong.
Selama ini kebanyakan kasus pada manusia di berbagai belahan dunia melibatkan kontak langsung dengan unggas yang positif virus tersebut. Namun, belakangan ini muncul kekhawatiran tentang infeksi pada berbagai hewan mamalia dan kemungkinan virus dapat berevolusi sehingga menyebar lebih mudah di kalangan manusia.
Dilansir Associated Press Kamis (23/2/2023), anak perempuan dari sebuah desa di Provinsi Prey Veng di tenggara Kamboja diketahui jatuh sakit pada 16 Februari dan dibawa ke rumah sakit di ibu kota, Phnom Penh. Setelah mengalami demam hingga 39 derajat Celsius, batuk dan tenggorokan sakit dan meninggal dunia tidak lama kemudian, dia didiagnosis mengidap virus H5N1, kata Kementerian Kesehatan Kamboja dalam sebuah pernyataan hari Rabu malam.
Petugas kesehatan telah mengambil sampel dari seekor burung liar yang mati di kawasan konservasi dekat rumah anak perempuan itu, kata kementerian dalam pernyataan lain yang dirilis hari Kamis. Kementerian juga mengatakan petugas di daerah itu juga akan memperingatkan warga agar tidak menyentuh unggas yang mati dan sakit.
Menteri Kesehatan Kamboja Mam Bunheng memperingatkan bahwa flu burung berisiko tinggi terutama bagi anak-anak yang memberi pakan atau mengumpulkan telur dari kandang, bermain bersama burung atau membersihkan kandang mereka.
Gejala infeksi H5N1 mirip dengan flu lain, seperti batuk, sakit di badan dan demam. Dalam kasus serius pasien bisa mengalami infeksi pada paru-paru atau pneumonia.
Pada bulan Januari, seorang anak perempuan berusia 9 tahun di Ekuador menjadi kasus infeksi manusia pertama yang dilaporkan di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Dia dirawat dengan obat antivirus.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamboja memiliki 56 kasus H5N1 pada manusia dari tahun 2003 hingga 2014 dan 37 di antaranya fatal alias menyebabkan kematian.
Secara global, sekitar 870 infeksi pada manusia dan 457 kematian akibat H5N1 telah dilaporkan ke WHO di 21 negara. Namun, kecepatan infeksi melambat, dan ada sekitar 170 infeksi dan 50 kematian dalam tujuh tahun terakhir.
Awal bulan ini, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan risiko dari flu burung ke manusia rendah, meskipun penyebaran flu burung di kalangan hewan mamalia seperti cerpelai, berang-berang, rubah, dan singa laut menjadi kekhawatiran.
“H5N1 telah menyebar luas pada burung liar dan unggas selama 25 tahun, tetapi penyebarannya ke mamalia baru-baru ini perlu dipantau secara ketat,” ujarnya memperingatkan.*