Hidayatullah.com– Pihak berwenang di Bangladesh melakukan investigasi setelah kamp Rohingya di Cox’s Bazar menyebabkan 12.000 pengungsi tidak mempunyai tempat bernaung.
Sejauh ini belum ada korban jiwa yang dilaporkan, lansir BBC Senin (6/3/2023). Kebakaran yang terjadi hari Ahad itu memusnahkan 2.000 gubuk setelah menyebar luas melalui tabung gas di dapur pengungsi, kata pejabat setempat.
Polisi sedang menyelidiki apakah api disebabkan tindakan sabotase. Seorang pria telah ditangkap berkaitan dengan peristiwa itu, lapor media lokal.
Kamp Rohingya di Cox’s Bazar diyakini sebagai penampungan pengungsi terbesar di dunia. Kebanyakan penghuninya adalah orang Rohingya yang menyelamatkan diri dari penindasan di kampung halaman mereka di Myanmar.
Kobaran api dimulai sekitar pukul 14:45 waktu setempat pada hari Ahad (08:45 GMT) dan dengan cepat mencabik-cabik tempat bernaung pengungsi yang terbuat dari bambu dan terpal, kata seorang pejabat.
“Sekitar 2.000 tempat penampungan telah terbakar, menyebabkan sekitar 12.000 warga negara Myanmar terpaksa mengungsi tanpa naungan,” kata Mijanur Rahman, komisioner urusan pengungsi Bangladesh, kepada kantor berita AFP.
Api berhasil dipadamkan dalam waktu tiga jam, tetapi sedikitnya 35 masjid dan 21 pusat-pusat pembelajaran bagi pengungsi musnah, imbuhnya.
Hrusikesh Harichandan, dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, mengatakan kepada BBC ada kerusakan besar di penampungan pengungsi tersebut. Tempat-tempat pengambilan air dan fasilitas tes kesehatan juga rusak berat.
Akan sulit untuk memindahkan sekitar 12.000 orang yang terkena dampak kebakaran – mengingat kondisi “mega camp” yang sudah penuh sesak, kata Hardin Lang dari Refugees International.
Memberikan layanan dasar kepada orang-orang di bagian lain kamp juga menjadi sulit karena banyak tempat layanan – klinik kesehatan, sekolah – telah hancur.
Kamp-kamp itu, yang penuh sesak dan jorok, sejak lama rentan terhadap kebakaran.
Antara Januari 2021 dan Desember 2022, ada 222 insiden kebakaran di kamp Rohingya termasuk 60 kasus pembakaran disengaja, menurut laporan Kementerian Pertahanan Bangladesh yang dirilis bulan lalu.
Pada Maret 2021, setidaknya 15 orang tewas dan sekitar 50.000 orang kehilangan gubuknya setelah kebakaran besar melanda sebuah kamp di pemukiman tersebut.*