Hidayatullah.com– Korban tewas pengikut sebuah aliran sesat Kristen di Kenya yang dipimpin pastor Paul Mackenzie, yang menyuruh jemaatnya melaparkan diri demi bertemu Yesus, sudah mencapai 201 setelah polisi pada hari Sabtu (14/5/2023) membongkar makam dan menemukan 22 mayat lagi. Kebanyakan dari mereka menunjukkan tanda-tanda kelaparan menjelang kematiannya. Sementara 600 lebih lainnya masih dinyatakan hilang.
Mackenzie, yang ditangkap bulan lalu, masih meringkuk di dalam tahanan. Polisi berencana untuk mendakwanya dengan pasal berkaitan dengan terorisme lapor Associated Press.
Ratusan mayat ditemukan dari puluhan kuburan massal yang tersebar di lahan seluas 800 hektar milik Mackenzie, yang terletak di daerah pesisir Kilifi. Pastor itu bersikukuh mengatakan bahwa dia sudah menutup gerejanya pada tahun 2019 dan pindah ke lahan di kawasan hutan untuk bertani.
Autopsi yang dilakukan pada lebih dari 100 mayat pekan lalu menunjukkan para korban meninggal karena kelaparan, pencekikan, mati lemas dan luka-luka akibat pukulan atau benturan benda tumpul.
Mengutip keterangan aparat, media massa lokal mengatakan sejumlah organ hilang dari tubuh mayat-mayat tersebut.
Tidak jelas berapa banyak orang yang sejauh ini telah diselamatkan dari operasi pencarian dan penyelamatan di lahan Mackenzie yang luas. Sebagian penyintas kondisi fisiknya terlalu lemah untuk berjalan saat ditemukan.
Komisaris kepolisian daerah pesisir Rhoda Onyancha pada hari Sabtu mengatakan jumlah total tersangka yang sudah ditangkap mencapai 26 orang, dengan 610 orang dilaporkan hilang oleh keluarga mereka.
Mackenzie, istrinya, dan 16 tersangka lainnya akan disidangkan mulai akhir bulan ini.
Sebelum kasus ini, Mackenzie pernah didakwa atas kematian sejumlah anak di gerejanya dalam kasus yang masih berproses di pengadilan. Warga di sekitar tempat kelompok sesat itu berkumpul menjadi waspada setelah para pengikutnya pindah ke kawasan hutan.
Polisi di seluruh penjuru Kenya menginterogasi pemuka-pemuka agama lain yang ajarannya diyakini menyesatkan dan bertentangan dengan hak asasi manusia.
Aliran-aliran sesat – umumnya Kristen – marak bermunculan di Kenya, negara yang masyarakatnya cukup relijius.
Presiden William Ruto pekan lalu memerintahkan pembentukan komisi khusus untuk menyelidiki bagaimana ratusan orang bisa terperdaya untuk menemui ajal mereka sendiri demi bertemu Yesus, dan meminta agar lembaga dan aparat terkait yang gagal bertindak diberi sanksi.*