Hidayatullah.com—Pendeta Henry Hildebrandt memuji dan mengaku bangga dengan siswa Muslim di Northwood School Ontario yang berani menyuarakan pendapat kepada guru mereka dan tidak menghadiri Hari Kebanggaan, Pride Day, bagi komunitas kelainan sejenis LGBT.
“Saya sangat bangga dengan murid-murid yang berani bersuara kepada guru (mereka),” ujar Pendeta Henry Hildebrandt. “Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada keluarga Muslim yang menghadapi apa yang sedang kita hadapi saat ini, khususnya di dunia Barat. Saya akan mendukung Anda.. jangan biarkan mereka menghancurkan anak-anak Anda, “ ujar Henry Hildebrandt menambahkan.
Pendeta Kanada Henry Hildebrandt, yang telah mengumpulkan kehadiran online di kanal YouTube, baru-baru ini merilis sebuah video yang mengungkapkan penghargaan kepada siswa dan keluarga Muslim di Ontario, Kanada.
Dalam video tersebut, Hildebrandt memuji komitmen yang ditunjukkan oleh orang-orang ini (termasuk para orang tua muslim) dalam menegakkan keyakinan agama mereka di tengah tekanan masyarakat Barat.
“Benar-benar sulit dipercaya melihat apa yang terjadi di sekolah kita saat ini. Guru itu terus-menerus memarahi dan mempermalukan muridnya dan mengatakan pada mereka betapa kecewanya para guru tersebut karena mayoritas murid tidak hadir, yang kebanyakan adalah Muslim,” katanya dikutip S2J News.
Henry mengatakan, sekolah yang memiliki kurang lebih 800 murid sementara 600 di antarana tidak hadir adalah sebuah aksi boikot luar biasa. “Itu luar biasa..itu luar biasa. Kami harus tepuk tangan untuk kalian karena hal itu,” ujarnya.
Marah atas ketidakhadiran mayoritas murid, guru serta anggota staf lainnya memutuskan untuk menghiasi sekolah dengan perlengkapan LGBT, termasuk bendera pelangi. Mereka memarahi murid-murid yang tidak hadir di acara Pride Day.
“Tidak ada seorang pun di sekolah yang meminta Anda untuk menjadi gay: kami meminta Anda untuk bersikap hormat dan baik hati. Hanya itu saja. Dan kemarin tidak menunjukkan rasa hormat dan kebaikan, dan saya muak!” kata pendidik, terdengar marah dalam sebuah audio yang viral.
“Semua pelangi yang kamu lihat di sekitar sekolah adalah karena sangat sedikit orang yang datang kemarin dan para guru marah,” tambah dia.
Karena rasa kecewa itulah, sang guru menyebut aksi boikot sang murid sangat “menjijikkan” dan “pertunjukan kebencian yang luar biasa”. “Itu adalah kebencian terhadap komunitas orang,” lanjut guru itu, “dan sangat menjijikkan untuk disaksikan. Saya tidak ingin menjadi bagian dari sekolah ini, saya sangat muak dengan apa yang terjadi kemarin.” (dengan sangat emosi istilah itu berulang sepanjang rekaman 15 menit).
Bahkan sang guru mengatakan dirinya sangat terluka sehingga dia mengatakan tidak ingin menjadi guru mereka lagi.
“Kami, sebagai staf di Northwood, sangat terluka oleh pernyataan yang Anda buat kemarin – bagi Anda yang tidak datang,” guru itu memulai. “Anda perlu memahami betapa sakit hati dan kecewanya kami atas tindakan itu – dan bawa pulang itu ke orang tua Anda, karena merekalah yang membuat Anda tinggal di rumah. Itu adalah pertunjukan kebencian yang luar biasa, dan itu menyedihkan,” ujar sang guru.
Untuk diketahui, sekolah tersebut melayani komunitas dengan populasi Muslim yang signifikan (terletak hanya delapan mil dari Dearborn, Michigan) dan dilaporkan sebanyak 600 dari total 800 siswanya (75%) lebih memilih tinggal di rumah daripada menghadiri acara “Hari Kebanggaan” 1 Juni yang diselenggarakan pihak sekolah.
Bagaimanapun, Pendeta Henry Hildebrandt memuji keberanian keluarga dan siswa Muslim ini. Menurutnya, anak-anak Muslim ini tidak mudah dipengaruhi dan menunjukkan komitmennya yang teguh untuk menegakkan iman mereka, ujarnya.*