Hidayatullah.com– Amerika Serikat mengerahkan dua kapal perang serta lebih dari 3.000 pelaut dan marinir ke Laut Merah sebagai upaya mengatasi ancaman terhadap pelayaran komersial oleh Iran di perairan itu.
Pentagon mengatakan Iran telah menyita atau berusaha untuk mengambil alih hampir 20 kapal berbendera internasional di kawasan itu selama dua tahun terakhir.
Pasukan AS yang baru tiba di kapal USS Bataan dan USS Carter Hall, memberikan “fleksibilitas dan kemampuan maritim yang lebih besar,” kata US Fifth Fleet di Bahrain hari Senin seperti dilansir Arab News (8/8/2023).
Bataan adalah kapal serbu amfibi yang dapat membawa pesawat sayap tetap, helikopter, dan kapal pendarat. Carter Hall, kapal pendarat dok, mengangkut Marinir dan peralatannya, serta mendaratkan mereka ke darat.
Pengerahan tersebut dilakukan setelah pasukan AS menggagalkan upaya oleh Iran untuk menyita tanker-tanker komersial di perairan internasional dekat Oman pada 5 Juli. Teheran mengatakan salah satu tanker itu, Richmond Voyager yang berbendera Bahama, berbenturan dengan sebuah kapal Iran dan melukai lima krunya.
Pada bulan April dan awal Mei, Iran menyita dua tanker minyak dalam sepekan di kawasan perairan tersebut. Insiden itu terjadi setelah Israel dan Amerika Serikat menuding Iran sebagai pelaku serangan drone di lepas pantai Oman pada bulan November 2022 dengan target sebuah kapal tanker yang dioperasikan oleh perusahaan Israel.
Bulan Juli Amerika Serikat mengatakan akan mengerahkan sebuah kapal penghancur, serta jet-jet tempur F-35 dan F-16, serta satu unit ekspedisi laut ke kawasan Timur Tengah guna menangkal upaya Iran untuk menangkap kapal-kapal yang berlayar di kawasan Teluk. Washington juga berencana menempatkan anggota marinir dan personel US Navy di atas tanker-tanker komersial yang melintasi Teluk.
Torbjorn Soltvedt dari perusahaan intelijen risiko Verisk Maplecroft mengatakan isu keamanan akan tetap menjadi titik gesekan dalam hubungan AS-Teluk bahkan jika ancaman yang ditimbulkan oleh serangan Iran terhadap pengiriman mereda dalam jangka pendek.
“Persepsi bahwa AS tidak berbuat cukup untuk mencegah serangan Iran terhadap pelayaran internasional akan tetap ada,” kata Soltvedt, seraya menegaskan bahwa jelas sekali ada kebutuhan untuk mengambil pendekatan lain guna mengatasi masalah ini.*