Hidayatullah.com– Mahkamah Agung Thailand hari Selasa (22/8/2023) menjatuhkan hukuman 8 tahun penjara untuk tiga vonis bersalah atas mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra. Pengusaha kaya itu pulang ke Thailand setelah 15 tahun mengasingkan diri di luar negeri, di hari yang sama ketika parlemen akan memilih perdana menteri baru.
Mahkamah mengatakan hukuman tersebut untuk tiga vonis bersalah yang diberikan kepadanya secara in absentia – penyalahgunaan kekuasaan dan penyimpangan, secara ilegal memerintahkan bank milik negara untuk mengeluarkan pinjaman luar negeri dan secara ilegal memegang saham melalui pihak lain.
Thaksin langsung ditangkap aparat dan dibawa ke Mahkamah Agung setibanya fia di Thailand pada hari Selasa, setelah 15 tahun mengasingkan diri. Kedatangannya dan vonis hukuman dikeluarkan hanya beberapa jam menjelang parlemen bikameral Thailand akan melakukan pemungutan suara guna pengangkatan kandidat dari partainya sebagai perdana menteri baru.
Ratusan orang berkumpul untuk melihat Shinawatra, seorang taipan yang terjun ke politik, ketika dia tiba di bandara Don Muang, Bangkok, pada pukul 9 pagi waktu setempat. Dia naik pesawat pribadi dari Singapura.
Beberapa jam sebelum kedatangannya, saidara perempuannya Yingluck Shinawatra – yang juga pernah menjabat perdana menteri Thailand – membagikan di laman Facebook foto dan video Thaksin yang sedang memasuki pesawat.
“Hari yang ditunggu-tunggu abangku telah tiba,” kata Yingluck, menyertakan foto Thaksin yang berada di dalam pesawat. Dalam sebuah video Thaksin terlihat berjabatan tangan dengan kru pesawat sebelum menaiki tangga jet pribadi itu, lansir DW.
Siapa Thaksin Shinawatra?
Dilahirkan di salah satu keluarga etnis China paling terpandang di Provinsi Chiang Mai, pria 74 tahun itu dikenal melakukan banyak perubahan pada politik Thailand setelah terpilih sebagai perdana menteri tahun 2001.
Thaksin dicintai oleh rakyat miskin di pedesaan atas kebijakannya yang berfokus pada sistem kesehatan dan perburuhan. Namun, pada saat yang sama, dia dikecam kalangan elit-elit yang berpengaruh yang menilai pemerintahannya korup, otoriter, dan disruptif.
Sebelum terpilih sebagai perdana menteri, Thaksin mendirikan partai politik sendiri, Thai Rak Thai, pada 1998, yang kemudian dikenal sebagai partai Pheu Thai dan membawa saudara perempuan Thaksin, sister Yingluck, menduduki kursi perdana menteri pada 2011.
Pemerintahan Thaksin Shinawatra dikudeta 17 tahun lalu. Dia kemudian mengasingkan diri ke luar negeri, tetapi pengaruh politiknya di Thailand belum hilang.
Sejak Maret, Thailand dipegang oleh pemerintahan sementara. Kedatangan Thaksin ke Thailand bertepatan dengan deadlock yang sedang dialami parlemen yang harus memilih perdana menteri.
Calon unggulan adalah pebisnis kaya raya Srettha Thavisin, yang akan memimpin koalisi yang dimotori oleh partai Pheu Thai.*