Hidayatullah.com– Puluhan orang dibantai dalam serangan di sebuah masjid di hari yang sama terjadi serangan atas sebuah gereja, kata pihak berwenang Burkina Faso.
Serangan terjadi pada saat shalat subuh hari Ahad (25/2/2024). Sekelompok orang bersenjata mengepung masjid yang berada di kota kecil Natiaboani di bagian timur Burkina Faso.
“Korban semuanya Muslim, kebanyakan pria” yang sedang mengikuti shalat subuh berjamaah, kata seorang penduduk lewat sambungan telepon kepada AFP.
Seorang warga lain mengatakan “para teroris memasuki kota awal pagi. Mereka mengepung masjid dan menembaki jamaah, yang berada di sana untuk melakukan shalat pertama hari itu.”
Para pelaku datang dalam jumlah besar.
“Sejumlah jamaah ditembak, termasuk seorang ustaz,” imbuh sumber itu.
Para anggota Volunteers for the Defence of the Fatherland (VDP), sebuah kelompok sipil bersenjata yang membantu pasukan pemerintah, juga menjadi target dari serangan itu, kata sumber yang sama, seraya menambahkan disebabkan pelaku datang dalam jumlah besar mereka juga menyebabkan sejumlah kerusakan di lokasi kejadian.
Natiaboani merupakan komunitas pedesaan yang terletak sekitar 60 kilometer arah selatan dari Fada N’Gour ma, kota utama di bagian timur Burkina Faso, yang kerap didatangi gerombolan bersenjata sejak 2018.
Pada hari yang sama sebuah gereja Katolik diserang ketika kebaktian sedang digelar, kata sumber-sumber lokal dan keamanan kepada AFP Senin (26/2/2024). Sebanyak 15 warga sipil tewas dan dua lainnya terluka dalam kejadian itu, kata seorang pejabat senior gereja.
Jean-Pierre Sawadogo, vikaris dari Keuskupan Dori, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa “serangan teroris” terjadi di desa Essakane saat orang mengikuti kebaktian Minggu.
Desa Essakane berada di daerah yang dikenal sebagai zona “tiga perbatasan” di sisi timur laut di mana perbatasan wilayah negara Burkina Faso, Mali dan Niger bertemu.
Lebih dari sepertiga wilayah Burkina Faso saat ini dikuasai kelompok-kelompok pemberontak.
Belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang bahwa kedua serangan atas rumah-rumah ibadah itu berhubungan.
Serangan terhadap pemuka agama di Burkina Faso bukan jarang terjadi.
Seorang pendeta diculik dari kota kecil Djibo di bagian utara Burkina Faso lima tahun silam dan sampai sekarang nasibnya tidak diketahui.
Pada 2021, seorang imam utama Djibo diculik oleh sekelompok orang bersenjata dan ditemukan tidak bernyawa dua hari kemudian.
Bertahun-tahun gangguan keamanan di negeri itu menyebabkan lebih dua juta orang terpaksa meninggalkan kampung tempat tinggal mereka. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan seperempat dari semua anak berusia di bawah lima tahun pertumbuhannya terganggu disebabkan kelaparan dan malnutrisi.
Dua tahun lalu militer merebut kekuasaan lewat kudeta dengan janji akan menumpas pemberontakan, tetapi sampai sekarang kelompok-kelompok bersenjata masih merajalela.*