Hidayatullah.com– Kementerian Pertahanan Inggris akan memberikan kompensasi kepada ribuan veteran tentara pria dan wanita yang kehilangan pendengaran dalam pelatihan maupun pertempuran.
Personel militer kerap terpapar suara keras, seperti suara tembakan dan bom, sepanjang karirnya.
Kementerian Pertahanan sebelumnya menolak banyak klaim yang diajukan veteran yang kehilangan pendengaran, dengan alasan sumber suara keras lain yang menjadikan mereka tuli, seharusnya mereka mengenakan penutup kuping atau klaimnya sudah terlalu terlambat.
Sekarang, Kementerian Pertahanan mengakui suara bising dalam aktivitas militer sebagai penyebab tuli dan mereka yang keuar dari dinas kemiliteran setelah tahun 1987 berhak memperoleh kompensasi.
Antara 2012 dan 2020, Kementerian Pertahanan membayar £72 juta untuk kompensasi bagi personel militer yang kehilangan pendengaran, serta menyelesaikan lebih dari 9.000 kasus.
Saat ini masih ada 10.000 klaim yang sedang diajukan dan diperkirakan akan bertambah dengan adanya kebijakan baru tersebut.
Simon Ellis, dari firma hukum Hugh James, yang mewakili hampir 5.000 personel militer, menyebut baik kebijakan baru. Dia memperkirakan akan ada lebih banyak veteran yang mengajukan klaim.
“[Veteran] karirnya berakhir prematur, mereka tidak lagi mendapatkan penugasan di tempat lain, dan kehidupan pribadi mereka berubah tanpa bisa diputar balik kbali,” kata Ellis, seperti dilansir BBC Senin (8/7/2024).
Kasus James Barry, veteran berusia 30-an tahun, yang tahun lalu diputuskan pengadilan berhak mendapatkan kompensasi £700.000 setelah mengalami ketulian dan tinnitus, merupakan pembuka jalan bagi veteran lain untuk memperoleh kompensasi serupa.
Barney Barnett, seorang bekas anggota pasukan komando berusia 44 tahun yang bergabung dengan Royal Marines sejak usia 16 tahun, juga mengalami tinnitus.
Dia menceritakan keadaannya kepada BBC.
Barnett pernah bertugas di Iraq dan Afghanistan di mana dia melakukan patroli dan berulang kali terlibat dalam pertempuran, terkadang dia bertindak sebagai komandan tim penembak jitu.
Selama bertugas di pernah dihujani tembakan atau diserang dengan berbagai senjata termasuk senapan serbu, granat, senapan mesin multifungsi, senapan mesin ringan, senapan mesin kaliber 50, misil anti-tank, mortir, dan bom.
Dia membagikan video rekaman yang diambil dari tempatnya bertugas.
Dalam salah satu video di terlibat mengenakan penutup telinga berukuran kecil. Namun, dia mengatakan itu jarang terjadi. Seringkali dia justru tidak diberi penutup telinga atau tidak dapat mengenakannya disebabkan alasan operasional.
Pada 2014, Barnett dibawa ke dewan militer. Di sana dia dinyatakan tidak dapat melanjutkan tugasnya sebagai prajurit Royal Marines karena ketulian yang dialaminya.
Sejak menjadi warga sipil di kesulitan mencari pekerjaan dan bergabung dengan dinas intelijen dalam negeri Inggris MI5. Namun, hasil asesmen online yang dijalaninya kemudian menyatakan bahwa dia tidak layak berdinas di MI5 karena gangguan pendengaran yang dideritanya.
Dia sekarang membuka usaha bidang keamanan dan menjadi direktur sebuah firma sekuriti, tetapi harus menghindari lingkungan bising seperti konser musik.
Sejak tujuh tahun lalu Barnett berupaya mendapatkan kompensasi dan dia berharap gugatan sekarang akan dapat diselesaikan.
Dia berharap dengan uang kompensasi tersebut dia bisa mendapatkan alat bantu pendengaran yang baru sehingga bisa menjalani kehidupan lebih baik.
Militer Inggris memperkenalkan alat pelindung telinga pada 1970-an. Namun, insinyur akustik Nicholas Hill, yang sering dipanggil sebagai saksi ahli dalam banyak kasus, mengatakan sulit bgi prajurit untuk selalu mengenakan penutup telinga saat bertugas.
Dia berkata, “Setiap tembakan yang dilakukan, apabila Anda melakukannya tanpa mengenakan pelindung telinga, meskipun hanya satu kali, dapat merusak pendengaran.”*